TERIMA KASIH TUHAN (UNTUK SELAMANYA 2)

Sesampainya kami di pasar malam ini, betapa ramainya orang yang datang dan berkunjung. Tidak heran jika banyak anak-anak dan orang dewasa yang menyukai pasar malam di karenakan banyaknya arena permainan anak-anak. "betapa ramainya pasar malam ini pa, mama senang bisa di ajak ke sini..”
"ia ma, papa juga bisa merasakan suasana yang begitu ramai penuh suka cita”
Dengan menuntun lankah suamiku, akupun mengajaknya lanjut jalan"ayo pa.. kita lanjut jalan ke depan, ada permainan lempar gelang disana”
Aku membawa suamiku tepat di dekat permainan lempar gelang, aku pun menghentikan langkah kaki. Anakku Rafa sepertinya sangat senang di bawa jalan-jalan, sehingga ia tidak berhenti untuk menggodaku dengan memegang-megang rambut serta membelai wajahku. Sepertinya anakku ingin menyampaikan pesan jika ia sangat menyukai suasana disini."apa nak, senang ya mama bawa jalan? Pintar ya Rafa anak mama.. sini mama cium dulu”
Anakku kegirangan memanggil-manggil aku "ma… ma…."
"iya nak… mau main lempar gelang ya sayang, tunggu ya sayang..? gendong sama papa dulu biar mama coba main. Pa gendong Rafa sebentar dong?”
"ia ma.. sini anak ganteng papa, sama papa dulu ya nak”
Aku membeli seharga Rp 5000,- untuk 3 gelang, dan aku pun memulai permainan tersebut. Aku berharap bisa melemparkan gelang ini tepat ke sebuah boneka, sebab targetku ingin memberikan boneka tersebut sebagai hadiah untuk anakku. Dan aku juga berharap bisa melemparkan gelang ini pada sekotak susu bubuk kaleng agar anakku bisa minum susu kaleng.
"ayo maaa… semangat mainnya, keluarkan jurus terhebat mama”
"Hihihiiii…. Oke deh pa, tunggu yaaa”
"Semangat 45 sayaang, papa dan Rafa jadi penontonnya nih, jangan bikin kecewa penonton yaaa”
Dengan nada becanda aku sahut omongan suamiku "gini.. gini mama atlet lempar gelang lhoo paa…”
Aku pun memperhatikan barang yang aku incar terlebih dahulu, aku mengatur letak kaki dan tanganku agar pas dan tepat sasaran. Aku menatap hadiah tersebut seperti elang ingin menangkap mangsa, mataku sangat tajam dan lihai. Tak sampai 2 menit aku berhasil melemparkan gelang mengenai sekaleng susu bubuk yang telah aku niatkan dari awal. "Horeeeeee…. mama dapat susu bubuk satu kaleng, yeesss…” suamiku pun tersenyum riang dan bertepuk tangan sebagai tanda penghargaannya untukku.
"Alhamdulillah… mama Rafa memang pintar, ayo ma lempar lagi biar dapat hadiah lainnya….”
Aku melanjutkan melempar gelang, gelangku masih sisa 2 lagi dan aku akan berusaha melempar sisanya tepat sasaran, insya allah. Aku kembali mengatur gerak gerikku sama seperti tadi, tapi sayang lemparanku meleset. Gelang yang aku lempar terbang ke pinggir papan hadiah, sungguh mengecewakan. Tapi aku tidak berputus asa, masih ada sisa 1 gelang lagi di tanganku yang bisa aku gunakan bermain. Aku mencoba untuk gelang yang terakhir, dan perkiraan ku pun sukses mengenai boneka beruang berukuran sedang. Aku berteriak kegirangan, sehingga membuat anakku menjadi tertawa melihat kelakuanku yang mungkin di rasanya lucu. Suamiku tak kalah girang, ia menggodaku dan memujiku terus "asiiikkk… istriku memang terbaik”
"papa bisa aja, dah kayak film anak-anak Boboyboy aja sih…”
"ia ma, habisnya istriku hebat banget, dapat hadiah apa ma?”
"boneka pa..”
"Alhamdulillah, ada mainan baru untuk Rafa berkat kelihaian mama, bisa jadi guru lempar gelang nih kayaknya”
"ahh… papa ini bikin mama tersipu malu aja, mama kan jd GR…”
"kenapa GR ma, kan papa memuji istri papa yang pintar dan gesit ini, mama memang pintar dalam banyak hal. Papa bangga sama mama”
"iihh… makin bikin orang melayang aja” pipiku mulai merona kemerah-merahan. Penjual gelang tersebut memberikan hadiah padaku. Tak terasa sudah 1 jam aku berada di sini, senang rasanya bisa berbagi kebahagiaan bersama. Meskipun aku harus mengeluarkan uang 5000 untuk kebutuhan besok tapi aku tidak merasa rugi, sebab aku mendapatkan sesuatu yang lebih banyak nilainya di bandingkan dengan uang yang tak seberapa tersebut. "ma, ayo kita pulang. Hari sudah larut, kasihan Rafa kena angin malam. Tidak baik bagi kesehatannya, kita pulang saja dan istirahat di rumah, lagian mama kan sudah dapat boneka dan susu untuk si kecil…”
"ia pa, Rafa juga udah mulai ngantuk kayaknya, sini mama gendong Rafa…”
Aku mengambil anakku dari gendongan papanya. Kami berjalan keluar dari dalam kermaian ini dan sampai di jalan menuju rumah. Tapi di tengah perjalanan sebuah kejadian yang tidak ku inginkan pun terjadi. Suamiku yang tidak dapat melihat di tabrak sebuah mobil ambulan yang melaju dengan cepat. Aku tak kuasa melihat suamiku jatuh dan terpental ke dekat sebuah pohon, aku menangis, aku menjerit dan aku histeris. Syukurnya suamiku masih sadarkan diri. Mobil ambulan itu langsung berhenti dan penumpang di dalamnya juga keluar melihat suamiku yang tergeletak. Dengan segera petugas yang berjumlah 2 orang di dalamnya membawa suamiku dengan mobil ambulan itu ke rumah sakit. Tak mau tinggal diam, aku ikut naik ke dalamnya untuk menemani suamiku tercinta. Ternyata di dalam ambulan ini ada seorang perempuan yang sedang sekarat. Entah apa penyakit yang di deritanya aku juga tidak tau. Aku hanya bisa menangis melihat suamiku yang meronta kesakitan, belum lagi anakku yang masih kecil tidak tahu apa-apa. Aku terlalu takut jika suamiku sampai kenapa-napa, tidak ada seorang istri yang tega melihat suami yang ia cintai menahan kesakitan, begitu juga denganku. Aku sangat mengkhawatirkan keselamatan dan kesehatan suamiku.Aku berdoa di dalam hati kecilku sambil meneteskan air mata "ya Allah, selamatkanlah suamiku dan lindungilah ia dari segala macam penyakit ya Allah, berilah ia kepanjangan umur agar kami bisa dapat selalu bersama..” setelah cukup lama di perjalanan, sampailah kami di sebuah rumah sakit  yang bisa di bilang mewah, suamiku di bawa ke dalam sebuah ruangan dan di obati dokter, kata dokter tangan suamiku patah danada luka robek pada badannya, sehingga suamiku harus di jahit sebanyak 7 jahitan. Begitu dokter itu selesai melaksanakan tugasnya aku pun masuk menemui suamiku, anakku Rafa ternyata telah tidur dalam gendongan kainku, jadi aku hanya perlu berbicara pelan agar anakku tidak bangun dari tidurnya. "pa, apakah papa baik-baik saja, apa masih sakit pa?”
"papa udah gak apa-apa kok ma, udah agak mendingan dari sebelumnya.. mama jangan menangis lagi ya, papa akan segera sembuh…”
"kenapa papa tau jika mama menangis?”
"mama… walaupun suamimu ini buta, bukan berarti dia tidak bisa merasakan kesedihan istrinya”
"mama hanya takut papa kenapa-napa.. mama tidak ingin papa tinggalkan. Mama belum siap dan mama tidak sanggup”
"sayaang.. rejeki, jodoh dan maut telah di atur oleh Allah, jika tuhan menginginkan seorang hamba kembali pada-Nya, maka tidak ada kata nanti atau tunggu bagi kita. Kita ini hanyalah manusia biasa, dan jika Allah menginginkan seorang hamba-Nya tetap hidup maka seperti apapun kejadiannya, ia akan tetap selamat dari segala bahaya, begitulah kuasa Allah…”
"ya sayang, aku sangat bersyukur kepada-Nya karna dia masih memberikan kesempatan bagiku untuk tetap bersama dengan orang yang aku cinta, terima kasih ya allah…”
Aku menyuruh suamiku untuk beristirahat agar dia segera sembuh. Terfikir olehku bagaimana caranya aku membayar tagihan rumah sakit, sedangkan aku hanyalah seorang tukang cuci rumahan. Tapi ya sudahlah, besok aku fikirkan bagaimana caranya, yang paling penting sekarang adalah suamiku sudah selamat dan tengah beristirahat. Keluar dari dalam ruangan suamiku, dari balik jendela aku melihat wanita yang berada dalam ambulan bersama kami tadi, aku merasa sangat kasihan kepadanya. Sepertinya wanita itu sedang menahan rasa sakit yang luar biasa, aku pun duduk di kursi tunggu bersama ibu dari wanita tersebut, ibu dari wanita itu memulai pembicaraan denganku "Nak, maafkan saya.. karna bergegas membawa anak saya ke rumah sakit, suamimu jadi celaka?”
"Ibu, yang namanya kecelakaan kita tidak tahu kapan dan dimana akan terjadi. Saya tidak menyesali kejadian ini, karna bisa saja Allah sedang menguji kesabaran dan ketakwaan kita dengan memberi cobaan sperti ini. Kita hanya bisa berdoa semoga anak ibu dan suami saya bisa segera sembuh. Yang saya sedihkan yaitu suami saya yang tidak dapat melihat harus mengalami cobaan lagi, belum selesai satu penderitaan sekarang ia telah di beri cobaan bertubi-tubi, tapi saya tidak akan berhenti berdoa dan berjuang demi kesembuhan suami saya”
"suamimu buta nak? Maaf ya nak, karna kami suamimu mengalami banyak penderitaan. Saya sangat meminta maaf yang sebesar-besarnya” sambil memegangi kedua tangan ibu itu, aku menjawab permintaan maafnya "ya ibu, tidak mengapa bu…”
Esok harinya aku menanyakan jumlah tagihan pengobatan suamiku ke bagian administrasi, betapa terkejutnya aku saat petugas tersebut mengatakan bahwa tagihan rumah sakitku sudah di bayar lunas oleh seorang wanita. Aku terheran-heran sambil berjalan menuju ruangan tempat dimana suamiku tercinta tengah di rawat "pa, kok biaya rawat papa udah di bayar lunas, yang bayar siapa ya?”
"papa tidak tahu ma, mungkin orang itu bersedekah untuk kita…”
"mungkin saja pa, Alhamdulillah ya Allah”.
Kebahagiaan kami tidak berhenti sampai disini saja, 5 menit setelah itu dokter yang menangani suamiku pun masuk ke ruangan dan menyampaikan bahwa ada seorang wanita yang akan mendonorkan kornea matanya untuk suamiku. Sontak suamiku kaget sekaligus mengucap rasa syukur atas karunia dan mukjizat yang di berikan tuhan untuknya. Hari ini juga suamiku akan melakukan operasi,aku mendokan suamiku dalam sujudku. Aku sangat menginginkan agar operasi ini berjalan lancer dan suamiku bisa melihat seperti saat sedia kala. Berjam-jam aku menunggu, detik, menit telah aku lalui dengan selalu memanjatkan doa. Akhirnya dokter keluar dari ruangan operasi dan berjalan menuju tempat aku menunggu sambil mengulurkan tangannya "selamat ya bu, suami ibu telah berhasil di operasi. Ibu sudah tidak perlu mencemaskan keadaannya lagi…”
"Alhamdulillah ya Allah, terima kasih pak dokter atas usahanya”
"ya bu, sama-sama”
Suamiku di bawa keluar dari ruangan operasi dan masuk ke dalam ruangan yang sebelumnya.
Dokter masih menutup matanya dengan perban, dan berpesan bahwa perban ini dapat di lepas besok. Esoknya waktu yang di tunggu suamiku datang juga, dokter membuka perban yang terpasang dari mata suamiku tercinta, perlahan-lahan suamiku membuka matanya "istriku…. Aku sudah bisa melihat wajahmu lagi, dan juga anakku Rafa”
"mama sangat bahagia… papa sudah bisa melihat kembali”
"benar istriku.. ini merupakan kuasa tuhan. Dokter kalau boleh saya bertanya siapakah orang berhati mulia yang telah ikhlas mendonorkan  matanya untuk saya?”
"yang mendonorkan matanya untuk anda adalah wanita yang bersama anda di dalam kecelakaan yang menimpa anda kemarin” sepertinya aku tau siapa yang di maksud dokter ini, sepertinya yang di bicarakannya adalah anak dari ibu yang ngobrol denganku waktu malam itu. "dokter, apakah pendonornya wanita yang di rawat di samping ruangan ini?”
"benar, wanita tersebut tidak bisa selamat dari penyakitnya. Jadi ibunya berpesan kepada kami jika anaknya meninggal maka matanya akan di donorkan pada suami anda, sebab ibu tersebut sangat merasa bersalah pada suami anda, jadi sebagai tanda maafnya ia mengamanahkan mata anaknya kepada anda pak..”
"terimakasih ya Allah, telah kau berikan keajaiban bagi keluarga kecilku” tuturku dengan nada lembut.
Aku mencari keberadaan ibu berhati mulia tersebut tapi sayangnya, aku tidak menemukan dimana ia berada. Bahkan aku belum sempat mengucapkan terimakasih padanya. Sekarang suamiku bisa melalui hidupnya dengan normal kembali, matanya yang semula tidak bisa melihat indahnya dunia sekarang terbuka kembali. Sungguh, tuhan telah menunjukkan kekuasaannya pada hamba-Nya yang bersabar.

Share This Post: