UNTUK SELAMANYA

"Ma… ma… ma..maa… mamaa” ucap anakku yang baru saja pandai bicara, anak laki-lakiku yang tampan, mirip dengan papanya, tapi sayangnya aku tak bisa memberi kehidupan yang mewah dan serba ada bagi buah hatiku, di karenakan suami yang aku cintai mengalami kebutaan sejak setengah tahun terakhir. Akibat kebutaan yang di alaminya keluarga kecil kami menjadi sengsara, meskipun begitu aku tidak pernah menyesal telah memilihnya sebagai pendamping hidupku, sebab aku mencintainya bukan hanya karena parasnya yang tampan, tapi juga karena dia memiliki rasa tanggung jawab, akhlak mulia serta rasa cinta dan kasih sayang yang luar biasa untukku dan juga buah hatiku. "ma, hari ini papa mau mengajak mama dan Rafa pergi jalan-jalan ke pasar malam”
"tapi paa…”
"ia ma, papa tau kalau papa tidak bisa melihat dunia sekitar tapi bukan berarti papa juga tidak bisa melihat kebahagiaan istri dan anak papa bukan?”
"ia papa, maafkan mama jikaucapan mama barusan membuat papa tersinggung”
"mama tidak membuat papa tersinggung, papa tau bahwa mama mengatakan itu karna mama menghawatirkan keadaan papa, mama sayang sama papa makanya mama kawatir.. bukankah begitu sayang?”
"ia pa, mama minta maaf ya?”
"tidak mengapa, papa tidak merasa mama ada salah kok, santai aja lah ma”
"makasih ya pa?”
"ia sayang, mama hari ini masak apa..?”
"mama masak kesukaan papa, goreng ikan asin cabe ijo”
"Alhamdulillah, terimakasih ya istriku.. kau selalu memperhatikan kebutuhan dan hal yang aku sukai dalam rumah tangga kita meskipun dengan keadaan suamimu yang begini”
Sambil tertawa kecil aku pun menjawab "ia pa, mama sengaja masak karna mama mau papa puji..”
"iihhhh… mamaaaa, nakal yaaa”
"nakal sama suami sendiri gak papa toh? Asal jangan nakalin suami orang lain aja kan?” sambil tersenyum suamiku pun menjawab "ia ma, mama ini manja dan suka merayu papa. Awas  yaaa… nanti akan papa balaskan”
Siangini aku akan mengamil pakain kotor tetangga yang akan aku cuci, yaaah…aku memang seorang tukang cuci, keadaan yang memaksaku untuk melakukan pekerjaan ini. Bagiku pekerjaan ini tidak membuat aku merasa malu ataupun gengsi, karna aku mengerjakan suatu pekerjaan yang mulia, aku mendapatkan uang dari hasil jerih payahku sendiri, dan yang lebih penting adalah pekerjaan ini halal, aku tidak menyusahkan keluargaku dengan cara meminta bantuan kepada mereka. Aku yang hanya seorang wanita tamatan SDini bisa apa selain melakukan yang aku bisa? Selesai melakukan aktivitas mengurus anak aku berangkat ke salah satu rumah pelanggan "Tok… tok.. tok.. Assalamu’alaikum, bu Hesti ini saya Rika ingin mengambil pakaian kotor ibu…”
"Wa’alaikumsalam, ya tunggu sebentar saya ambilkan”
dua menit setelah itu bu Hesti pun keluar membawa pakaian kotornya "ini dia pakaiannya, tolong di cuci bersih ya Rika?”
"baik bu Hesti, saya permisi dulu”. Sesampainya di rumah, aku segera merendam dan mencuci pakaian tersebut. Begitu selesai aku menjemur pakaian itu agar lekas kering. Baru saja kain terjemur anakku Rafa langsung merangkak mengejarku keluar memanggilku dengan sebutan mama yang terdengar terputus-putus dan terbata-bata, betapa bahagianya aku mendengar buah hatiku memanggil dan mengejarku. Rasa penat dan letihku hilang seketika saat ku lihat anak yang aku sayangi. Begitu juga saat aku melihat suami dan anakku sedang terlelap tidur, timbul rasa kasihanku kepada mereka.Sekarang aku lah yang menjadi tulang punggung keluarga, aku harus banting tulang agar mendapatkan uang yang bisa di bilang tak seberapa. Upah sebesar Rp20.000,-baru bisa ku terima begitu aku selesai mencuci pakain kotor tersebut. "ma, nanti setelah maghrib kita langsung berangkat ya, sekarang mama istirahat dulu?”
"makasih pa, tapi mama gak capek kok jika kalau suami dan anak berkumpul bersama seperti ini”
Sambil menggenggam kedua tanganku dan meneteskan air mata suamiku menyahut"mama, papa minta maaf kepada mama dan Rafa? Karna suamimu yang buta ini tidak bisa membahagiakan dan memberi kehidupan yang layak untuk kalian berdua”
"pa, mama tidak minta apa-apa darimu, mama hanya ingin papa sabar ya, hidup memang tidak selalu di atas dan tidak juga akan selalu di bawah, percayalah suamiku… jika tuhan akan menggantikan sebuah kepedihan dengan keindahan pada insan yang bertakwa kepada-Nya”
"papa telah gagal menjadi seorang suami yang baik bagimu, dan papa juga telah gagal menjadi ayah bagi anak kita Rafa. Papa tidak bisa membelikan Rafa kereta dorong anak seperti yang di lakukan oleh kebanyakan orang tua di luar sana”
"sayang… kita tidak boleh membaca dan melihat kehidupan orang lain yang kehidupannya jauh dari kita, mereka dan kita memiliki takdir dan nasib yang berbeda. Bisa saja suatu hari kita di atas dan bisa juga berada di bawah. Percayalah sayang, tuhan akan memberikan keadilan buat kita, sekarang yang perlu kita lakukan allah sabar dan terus berjuang untuk masa depan anak kita. Yang paling penting kita tidak berputus asa dan selalu bangkit dari keterpurukan pa… itulah kunci sukses. Papa tidak pernah gagal menjadi seorang suami dan ayah yang baik bagi kami, papa adalah suami yang terhebat bagiku, dan ayah yang paling baaaaik untuk Rafa, karna papa selalu merawat Rafa saat mama bekerja, terimakasih ya sayang… aku mencintaimu dan aku akan tetap bersamamu selamanya”
"aku juga mencintaimu, terimakasih banyak istriku…tidak akan aku sia-siakan kalian berdua, karna kalian adalah hartaku yang paling berharga”
"baiklah pa, sekarang kita sholat ashar berjamaah yuk? Mama akan tidurkan Rafa dulu setelah itu kita sholat, mumpung orang lagi azan. Papa segeralah ambil wudhu’, nanti mama menyusul”
‘baiklah sayang…”
Tak terasa waktu ashar dan maghrib pun sudah berlalu, sebentar lagi aku dan suamiku akan pergi ke pasar malam, seperti yang telah di katakan tadi. Tapi, sebelum berangkat aku dan suamiku menyempatkan makan malam dulu. Setelahnya aku istirahat sejenak, baru bersiap-siap berangkat. Kami berangkat dengan berjalan kaki, aku menggendong anakku dengan kain, kebetulan pasar malamnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku, jadi kami bisa berjalan kaki saja ke tempat tujuan.Baru satu langkah keluar dari pintu rumah, mata kiriku berkedut-kedut. "ya Allah, kenapa mata kiri ini kedutan terus, semoga keluarga kami selalu dalam lindunganmu ya tuhan.. ya Allah, lindungi dan berkahilah setiap langkah kaki kami..” bisikku dalam hati. Selama perjalanan aku dan suamiku terus bercerita panjang lebar tentang masa lalu kami dulu, tak lupa aku membimbing setiap langkahnya,suamiku menggunakan sebuah tongkat sebagai acuannya ketika berjalan. tongkat tersebut sangat membantunya selama setengah tahun ini, walau hanya terbuat darisebuah kayu, namun memiliki sebuah manfaat bagi yang membutuhkan. Aku tidak dapat membelikan tongkat yang bagus bagi suamiku, sebab uangku tidak cukup jika membelikannya. Jika aku belikan pada sebuah tongkat maka aku tidak akan memiliki uang untuk membeli beras. Sedangkan suamiku tau, aku harus mencucurkan butiran-butiran keringat demi sehelai rupiah. Walaupun ada cukup uang, suamiku menyuruh aku untuk menyimpannya. Ia selalu menyuruhku menggunakan uang hanya untuk keperluan rumah tangga saja. Karna itu permintaan dari suamiku, aku pun mematuhinya dan berjanji dalam hati kecilku bahwa suatu hari jika aku punya uang lebih, aku akan memberikan sebuah tongkat yang bagus untuknya. Tapi sekarang, nasib baik belum berpihak kepada keluarga kecilku, dan aku akan selalu sabar menunggu waktu itu.

Share This Post: