TAUNYA CUMA MIMPI

Awalnya aku hanya berpura-pura memiliki kekuatan sihir, aku sering membuali teman-temanku dengan cerita yang aku karang sendiri, ya semacam magic gitulah. Jelas saja temanku tidak ada yangakan percaya dengan omong kosongku tersebut. Aku melakukannya dengan niat hanya sekedar untuk bahan bercandaan belaka. Hingga pada suatu hari bagaikan mimpi di siang bolong aku benar-benar melihat ada dua orang penyihir di depan gubukku. Kabar baiknya yaitu untungnya jarak antara rumahku dengan penyihir itu lumayan jauh, jadi mereka tidak melihatku. Penyihir itu mirip seperti penyihir yang pernah aku lihat di acara televisi. Menggunakan topi hitam berbentuk segitiga dengan bundaran sebagai penutup kepalanya, mengendarai sebuah sapu lidi terbang tanpa bahan bakar bensin, bajunya seperti baju yang sering di gunakan kuntilanak tapi berwarna hitam. Entah apalah itu aku tidak terlalu tahu, karna aku tidak ingin kepo pada penyihir itu. Bisa saja aku di sihir menjadi kodok atau sejenis binatang lainnya jika aku berani menampakkan diri di depan mereka, aku tidak mau bernasib sama seperti di film ataupun cerita dongeng pangeran dan putri-putri yang begitu cantik. Mungkin nasib jelek pada cerita tersebut tidak aku inginkan, tapi ada hal yang aku inginkan terjadi yaitu punya pasangan yang kecantikannya bagaikan putri negeri dongeng "Ohhh… seandainya aku punya kekuatan, akan aku gunakan untuk kebajikan dan mengalahkan kejahatan” tiba-tiba saja muncul sebuah cahaya terang dari luar jendela dan menjelma menjadi sosok seorang kakek tua berjubah putih dengan jenggot ubanan yang di kepang. Dia memakai topi sama dengan yang di pakai oleh dua orang penyihir tadi, hanya saja topinya juga sewarna dengan bajunya tersebut. Aku beteriak dengan suara yang gemetaran tapi tidak begitu kuat mungkin di sebabkan rasa takutku "pepepepeepee…penyihiiiiirrr… penyihiiirr….”
"tenang anak muda, aku tidak akan menyakitimu” penyihir tua itu berusaha menenangkan aku
"lalu…. Aaa..aaa… apa maumu penyihir?”
Penyihir itu berusaha keras untuk menegur aku yang hampir setengah mati ketakutan
"ssstttt…jangan keras-keras, karna jika dua penyihir di luar sana sampai mendengar dan mengetahui jika aku berada disini, maka kita berdua akan habis”
"memangnya, apa yang telah kau lakukan pada mereka sehingga mereka mengejarmu?”
"ketahuilah wahai anak muda.. aku adalah penyihir putih yang tidak menyakiti orang lain serta cinta akan kedamaian dan kasih sayang. Anakku yang bernama putri Alora telah di culik oleh penyihir berkekuatan gelap bernama Ratu Larisa, dia berambisi ingin menguasai daerahku di sebelah utara sana dan menginginkan agar aku menyerahkan kekuasaan dan negeriku di bawah perintahnya, sebab itulah ia menculik anakku dan mengancamku dengan egonya tersebut”
"lalu, apa hubungannya denganku?”
"anak muda, aku melihat dari matamu sepertinya kau adalah lelaki yang baik dan suka membantu”
aku semakin di buat penasaran olehnya "bagaimana bisa, tidak ada apa-apa pada mataku. Bagaimana mungkin kau bisa membaca isi hati dan sifat seseorang dari tatapan mata?”
"hahaahaa… itu bukan persoalan yang sulit wahai anakku..bukankah tadi kau sendiri yang berbicara?”
Sejenak aku terdiam dan setelah aku fikir-fikir benar juga dengan apa yang di katakannya "baiklah, jika benar ia kenapa?”
"aku ingin kau membantuku menyelamatkan putriku dari sandera penyihir kegelapan…”
"bagaimana bisa aku membantu sedangkan aku tidak memiliki kekuatan dan keistimewaan apapun?”
"kau bisa menyelamatkan anakku hanya jika kau berhasil membunuh Larisa dengan senjata apa saja, asalkan tepat mengenai jantungnya”
bibirku ini lagsung menyanggupi permintaan itu, apa salahnya aku membantu dengan sebuah imbalan tentunya, apa lagi ini bersangkutandengan nyawaku "baiklah kalau begitu, aku mau menyelamatkan anakmu tapi tentunya dengan imbalan yang setimpal pula”
penyihir itu diam dan berfikir sejenak, mungkin ia sedang memikirkan imbalan apa yang cocok untukku "baiklah, jika kau berhasil membawa anakku kembali apapun yang kau minta akan aku berikan” kamipun menyetujui kesepakatan tersebut. Merupakan sebuah keajaiban untukku bisa mengenal seorang penyihir, penyihir putih itupun menghilang setelah kesepakatan di setujui.dua hari setelah kejadian itu di saat aku tengah tertidur pulas aku di bangunkan oleh sebuah cahaya yang amat terang "apakah fajar telah datang, rasanya aku bara saja tidur?”
Ternyata cahaya itu adalah sosok penyihir putih yang menemuiku dua hari yang lalu "belum anakku, aku adalah  penyihir putih yang menemuimu kemarin”
"Ohhh… aku lupa, ada apa gerangan tengah malam begini mengunjungiku?” penyihir yang berwujud kakek tua itu lalu mendekatiku "anak muda, malam ini juga kita akan pergi ke selatan tempat dimana penyihir kegelapan berada”
Dengan mata yang masih kemerah-merahan dan mulut yang menguap akupun mencoba mengelak "tapi aku masih mengantuk, kau telah mengganggu tidurku, besok pagi atau siang saja bagaimana?”
"tidak anak muda, malamini adalah waktu yang paling tepat bagi kita untuk menyusup. Karna pada tengah malam begini, para penyihir dan pengawalnya sedang tertidur pulas”
Aku baru mengetahui ternyata penyihir juga butuh istirahat dan tidur.Akupun  menyetujui karena mungkin ini waktu yang lebih baik agar aku aman dan bisa terhindar dari ilmu hitam para nenek sihir bersapu tersebut. Dengan mata yang masih mengantuk aku bangun dan berusaha berdiri "baiklah, sekarang apa? Apakah kita akan pergi dengan cara menghilang?”
Penyihir putih malah tersenyum mendengar perkataanku "kita berangkat mengendarai sapu ini wahai anakku” aku kaget bukan kepalang, bagaimana bisa aku mengendarai sapu terbang? Mengendarai sepeda motor saja aku tidak bisa, bagaimana mungkin bisa mengendarai sesuatu yang berbau sihir begini. Aku terus bertanya-tanya dalam hati, tanpa aku sadari sapu terbang itu tiba-tiba saja masuk melalui bawah selangkanganku, akupun terhenyak di atasnya.Sapu ini benar-benar tidak sabaran ingin membawaku pergi, sehingga ia begitu agresif pada diriku. "ayo nak tunggu apa lagi? Kita berangkat, ucapkan mantra "kepiting jepit” agar sapu milikmu terbang”
"ah..yang benar saja, mantra apaan ini..? mau jalan saja harus mengucapkan mantra yang aneh”tanpa menjawab pertanyaanku penyihir putih itu ternyata oh ternyatatelah berangkat duluan dengan sapu terbangnya.Akhirnya dengan nada kesal aku mengucapkan mantra yang di ajarkan tadi.Dengan kecepatan yang amat luar biasa sapu milikku terbang menembus gumpalan awan di langit, hampir saja aku terjatuh akibat kondisi pegangan yang belum siap sedia.Untung saja aku masih sadar dan cekatan memegang sapu.Mataku yang semula masih merah dengan rasa ngantuk yang masih agak berat hilang seketika, wajahku di kenai angin malam yang dingin membuat tubuhku sedikit kedinginan tapi masih bisa aku atasi. Penyihir putih telah jauh di depan, aku ketinggalan di belakang tapi aku tidak mau kalah tanding. Aku adalah pengendarapemula, aku hanya butuh belajar menyeimbangkan badan saja.Aku terus mempelototi pemandangan yang berada jauh di bawahku "oohh tuhaaaann… kenapa aku berada disini, ini sangat tinggi, rasanya aku ingin pipis di celana, aku takut akan ketinggian” teriakku. "ayo nak, cepat sedikit, jangan membuang-buang waktu, nanti keburu pagi” teriak penyihir putih yang berbalik ke belakang yang sekarang berada tepat di samping kananku. "sekarang saja tubuhku sudah gemetaran melihatke bawah, apa lagi di percepat” penyihir itu mengajarkan aku cara agar aku bisa mengatasi rasa takutku "tutup matamu dan pejamkan, bayangkan kau memiliki sepasang sayap bagaikan burung, nikmatlah setiap angin yang berhembus ke kulit”
"baiklah, tapi apa tidak kau lihat wahai penyihir? Celanaku telah basah, aku ngompol”
Penyihir tua itu malah tertawa terbahak-bahak sambil melihati celanaku yang basah "hahahahaa…. Itu masalah gampang, bisa di atur”
Dengan modal sebuah mantra celanaku yang basah tadi kini telah kering seperti sedia kala "terimakasih penyihir tua, sekarang celanaku telah kering, aku bisa konsentrasi lagi”
Penyihir itu menganggukkan kepalanya dengan maksud mengiyakan. Kami terus terbang, hingga dua jam di perjalanan akhirnya akupun merasa pandai mengendarai sapu ini, perlahan-lahan aku membuka kedua kelopak mataku ”ajaib sekali, aku bisa mengendarai dengan waktu singkat” betapa riang gembira perasaanku saat ini. Rasanya aku sudah tidak sabar lagi untuk segera menceritakan pengalamku ini kepada teman-temanku. Kali ini aku tidak akan membuali mereka lagi, sebab ini nyata adanya. Satu jam berlalu, akhirnya kami sampai juga di istana ratu kegelapan, ratu yang telah menyandera putri Alora anak dari penyihir tua berjanggut kepang.Kami berhenti di atas atap istana mengintai dan melihat sekitar apakah aman atau tidak, dan juga melihat kondisi pengawal dan para penyihir suruhannya masih tidur atau telah berjaga kembali. Kakek tua itu memerintahkan agar aku tetap berada di atas atap, sedangkan dia akan turun dan melihat keadaan di depan pintu masuk istana agar kami bisa menyelinap masuk tanpa ketahuan oleh prajurit istana. Aku mematuhi perintahnya dan memilih untuk tetap diam dan berjaga disini. Penyihir putih pun turun, lima menit setelah itu tebak apa yang terjadi? Dia malah di kejar oleh nenek sihir penjaga istana "Ohh tidaaaaaakk..bagaimana ini? Aku harus berbuat apa sekarang?”
Rupanya tiga penyihir hitam lainnya ternyata telah mengetahui keberadaanku di atas atap istana, mereka mengejarku ke atas, tanpa berfikir panjang aku mengucapkan mantra "kepiting jepit.., ayo sapu ajaib kita selamatkan diri” aku dan sapu ajaibku lari terbirit-birit berusaha kabur dari kejaran penyihir yang berwajah jelek itu. Terjadilah kejar-kejaran antara tiga wanita dan satu pria. Seandainya saja yang mengejarku adalah wanita cantik mungkin aku tidak akan lari, tapi apa daya yang mengejar bukanlah wanita nan cantik jelita, melainkan nenek-nenek sihir jelek berhidung panjang dengan jerawat di sekitar pipi mereka. Aku takut melihat tampang mereka di tambah lagi mereka semakin dekat dariku, sehingga membuat aku kehilangan konsentrasiku dan aaaahhh… aku malah terjatuh dari atas sapu ajaib "toloonngg..toloonngg… " aku terjatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri. Sehabis itu entah berapa lama setelahnya tiba-tiba saja terasa percikan air membasahi wajahku, sayup-sayup terdengar suara seorang wanita memanggil dan membangunkanku. Sepertinya aku mengenali suara tersebut, ku buka mataku dengan perlahan dan ku lihat ternyata wanita itu adalah ibuku "apa kamu baik-baik saja?”
Aku melihat ke sekelilingku "ibu, kenapa aku bisa berada di rumah, apa ibu yang menyelamatkan aku dari kejaran penyihir kegelapan?” ibuku malah mengerutkan keningnya seperti kebingungan. "kamu bicara apa? Penyihir apa? Tidak ada yang di kejar penyihir, yang ada itu kamu barusan jatuh dari pohon rambutan samping rumah kita trus pingsan deh” ibuku tertawa terbahak-bahak melihat tingkahku dan sekarang akupun sadar, ternyata barusan itu aku cuma mimpi, hahahaaa….

Share This Post: