Jumlah Perokok Belia Semakin Meningkat, Ke Mana Orang Tua?

Pernahkah kita melihat pemandangan di jalan, di mana terlihat seorang atau segerombolan anak tengah mengisap rokok dengan asyiknya? Tentu saja pernah, bukan? Tak sulit untuk menemukan kondisi demikian di berbagai lokasi dewasa ini. Terdapat kecenderungan semakin bertambahnya jumlah perokok di bawah umur di Indonesia dan mereka melakukannya tanpa sembunyi lagi. Terang-terangan, di lingkungan sekolah, pusat perbelanjaan, gang-gang perumahan, pinggir jalan, bahkan banyak juga yang melakukannya di rumah. Ini sungguh sebuah kondisi yang memprihatinkan.


Data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui  Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas masih belum terjadi penurunan dari 2007-2013, bahkan cenderung mengalami peningkatan dari 34,2% pada 2007 menjadi 36,2% pada 2013. Ini jumlah yang cukup fantastis, bahwa anak mendapat porsi  sepertiga dari jumlah keseluruhan perokok di Indonesia. Itu bukan angka yang kecil. Dan pertanyaannya, apa faktor yang memegang peran sangat besar dalam menaikkan jumlah perokok belia tersebut?
Pertama kali yang dituding adalah lingkungan. Lingkungan di mana anak tumbuh dan dibesarkan saat ini sudah sangat mendukung untuk menanamkan keinginan bagi anak untuk mencoba merokok. Mereka dengan mudah bisa melihat orang-orang merokok di sekitar mereka, baik di rumah yang notabene dilakukan oleh orangtua maupun sanak keluarga terdekat, terlebih pula di luar rumah yang akan segera terlihat oleh mereka hanya dalam beberapa ayun langkah kaki keluar rumah.


Imbauan orangtua maupun guru yang menyuarakan pelarangan merokok bagi anak, lebih sering tidak diindahkan. Karena lingkungan pergaulan mereka biasanya sangat permisif dan mendukung bagi mereka untuk melakukan hal tersebut. Lihatlah contoh saat kita mendapati seorang atau segerombol anak merokok di jalan, adakah orang-orang  yang melarang mereka melakukannya? Tidak. Tak seorang dewasa pun yang tergerak untuk melakukannya, bahkan mungkin juga kita sendiri. Sebahagian besar karena situasi ini sudah menjadi hal yang sangat biasa dan juga karena faktor kepedulian yang rendah di dalam masyarakat dengan anggapan, “ah, toh, bukan anak saya.”
Sementara di rumah, tidak jarang orangtua lebih sering mengalah bila anak mereka bersikeras untuk merokok, terlebih kalau yang bersangkutan adalah anak lelaki. Seakan para orangtua beranggapan, membiarkan anak lelaki merokok bukanlah hal yang harus dirisaukan karena mereka akan menjadi lelaki dewasa dimana rokok kelak akan menjadi teman sejati mereka. Bukan lelaki jika tak merokok.


Belum lagi pergaulan dengan sebaya yang saling mempengaruhi.  Di kalangan para remaja, jati diri dan pengakuan dalam kelompok sangatlah penting. Sehingga prilaku merokok lebih sering diadaptasi untuk memperoleh kedua hal tersebut. Tidak merokok di dalam kelompok yang mayoritas merokok jelas bukan situasi yang mudah untuk bertahan dari panas telinga karena diejek ‘banci’ akibat tidak merokok.


Kedua yang dituding turut andil dalam menaikkan jumlah perokok belia adalah iklan rokok yang terpajang di mana-mana, pada media elektronik, cetak maupun dari papan-papan reklame ukuran besar yang memenuhi sudut-sudut  jalan.


Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Hamka beserta Komnas Anak pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa sebanyak 99,7 % anak melihat iklan rokok di televisi, di mana 68 % mengatakan memiliki kesan positif terhadap iklan rokok tersebut dan 50 % mengatakan menjadi lebih percaya diri seperti di iklan.  


Sebagaimana diketahui bahwa usia belia/remaja merupakan masa pencarian identitas diri, yang membuat mereka ingin menonjolkan diri mereka dalam hal apapun sehingga dipandang lebih. Sementara iklan-iklan rokok umumnya mengusung citra tentang ‘kejantanan’ dan ketangguhan seorang lelaki dalam menaklukkan rintangan. Memang, tak ada model yang tengah merokok di sana. Namun, citra yang dibentuk melalui iklan tersebut adalah sebuah pesan yang terang-benderang bahwa untuk menjadi lelaki jantan, tangguh dan disukai lawan jenis dapat diraih dengan bantuan rokok yang diiklankan tersebut. Setidaknya seperti inilah pesan yang sampai di benak para perokok yang melihat tayangan iklan tersebut, khususnya perokok muda.


Efek rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan karena mengandung berbagai macam bahan kimia berbahaya, sebenarnya telah diketahui cukup lama. Sedangkan kampanye hidup sehat tanpa rokok dan memerangi peredaran bebas rokok telah sejak dahulu disuarakan dengan nyaring oleh para pemerhati lingkungan dan kesehatan, aktivis perlindungan anak dan kalangan yang menginginkan tumbuhnya generasi Indonesia sehat.   Bahwa merokok sama saja dengan tindakan memasukkan 4000 bahan kimia berbahaya di mana 69 diantaranya merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker) dan zat-zat berbahaya lainnya yang terkandung di dalam rokok seperti;  tar yang adalah substansi hidrokarbon,  bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, nikotin sebagai zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah serta bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan, karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen serta  masih banyak lagi zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok.


Berbagai riset yang dilakukan serta data semakin meningkatnya jumlah orang yang meninggal akibat terpapar racun di dalam sebatang rokok ternyata tak juga efektif dalam menghentikan laju pertumbuhan perokok di Indonesia. Bahkan negara ini kian mengukuhkan diri sebagai negara dengan persentase perokok terbesar ketiga di dunia! Ini jelas memalukan dan bukan prestasi yang layak dibanggakan. Sementara banyak negara di Eropa berhasil menurunkan tingkat konsumsi rokok masyarakatnya, masyarakat Indonesia malah memasukkan rokok sebagai salah satu kebutuhan utama setelah pangan dalam konsumsi harian mereka. Memprihatinkan.


Lantas pertanyaan yang mencuat dari sejumlah paparan ini adalah bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menjalankan peran bagi ketersediaan generasi mendatang yang lebih sehat dan tanpa rokok serta menciptakan lingkungan yang lebih bersih tanpa asap rokok? Karena bukan hanya para perokok aktif, para perokok pasif pun mengalami kerugian yang sama besarnya dengan perokok aktif dalam hal teridap penyakit berbahaya, meskipun mereka hanya kebagian asapnya saja.


Meskipun kita bukan aktivis lingkungan, tidaklah salah untuk ikut serta dalam menciptakan dunia yang lebih sehat tanpa rokok. Salah satu caranya dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat dahulu. Menghentikan kebiasaan merokok dan menanamkan pada anak tentang keutamaan tidak merokok, harus dimulai sekarang juga. Mungkin tidak dengan cara-cara represif yang bisa jadi akan membuat anak membangkang. Tapi lakukanlah secara persuasif dan bersahabat, terangkan padanya tentang akibat buruk yang ditimbulkan oleh rokok. Yang juga harus diingat adalah usia remaja merupakan usia dimana energi mereka sangat besar dan harus diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih terarah, kreatif dan produktif. Jadi, memberikan kegiatan-kegiatan tambahan yang mereka sukai dapat menjadi salah satu alternatif dalam menjauhkan mereka dari lingkungan yang kurang baik dan dipenuhi para perokok, serta memadamkan keinginan untuk merokok.
Dan yang juga tak kalah pentinganya apabila kita mendapati anak-anak di bawah umur tengah mengisap rokok di jalan-jalan, taklah salah bila kita coba menegur mereka dan memperingatkan untuk tidak merokok. Begitupula bila ada orang yang merokok di area publik, di mana pada area tersebut telah ditandai sebagai kawasan tanpa rokok, kita dapat  memintanya untuk mematikan rokok tersebut. Hal-hal tersebut di atas adalah salah satu bentuk kontribusi kita bagi lingkungan yang lebih sehat dan menghindarkan pembengkakan jumlah perokok pasif.


Beberapa kota dan kabupaten telah menerapkan aturan bagi para perokok untuk tidak merokok di ruang publik. Akan tetapi, efektifitasnya masih diragukan, tersebab tidak adanya sanksi yang tegas bagi para pelanggarnya, selain hanya diberi peringatan dan diminta mematikan rokoknya. Sanksi tegas sangat dibutuhkan untuk menjamin aturan tersebut dijalankan dengan penuh kesadaran oleh masyarakat. Sudah waktunya masyarakat membuka mata bahwa rokok adalah ancaman serius bagi generasi mendatang mengingat rokok merupakan jalan masuk utama menuju penggunaan narkoba di kalangan remaja. Dari mencoba mengonsumsi rokok, maka selanjutnya adalah mencampurkan elemen lain ke dalam rokok tersebut guna memperoleh kenikmatan lebih yang didengung-dengungkan sindikat perdagangan narkoba. Ayo,  ciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat tanpa rokok!

Share This Post: