ORANGTUA JAMAN SEKARANG HARUS PINTAR

Menjadi orangtua di jaman sekarang semakin tidak mudah. Selain semakin tingginya tingkat keterlibatan anak dan remaja dalam berbagai tindak kriminal, baik sebagai pelaku maupun korban, juga semakin merenggangnya hubungan batin antara orangtua dan anak, yang disinyalir menjadi pemicu memburuknya kualitas personality dan morality anak. Orangtua dituntut untuk pintar dan lebih tanggap terhadap berbagai kemajuan teknologi dan pergaulan anak-anaknya, kalau tak ingin semakin ketinggalan dan kecolongan.

            Kemajuan teknologi adalah salah satu tantangan yang tak mudah ditaklukkan oleh orangtua. Anak dan remaja sekarang dikepung oleh berbagai kemudahan berkomunikasi, bersosialisasi dan mencari hiburan lewat berbagai media sosial dan permainan-permainan online yang menyita banyak waktunya. Coba kita perhatikan beberapa gambaran yang ada di sekitar kita saat ini, ketika para orangtua membawa keluarga mereka berjalan-jalan ke tempat-tempat hiburan ataupun ngumpul makan siang di restoran, maka yang terlihat adalah sekelompok orang yang terdiri dari sepasang orangtua dan anak-anak yang masing-masing sibuk dengan gadget di tangannya. Anak-anak sibuk tersenyum, tertawa atau mengerutkan kening dan memanyunkan bibir di depan gadget mereka.  Bahkan bisa jadi mereka pun tak melihat seperti apa bentuk hidangan yang tengah mereka suapkan ke dalam mulut.

            Di satu sisi, kondisi ini sangat menggelikan, sekaligus di sisi lain sangat memprihatinkan. Satu keluarga berkumpul tapi tidak mempunyai perasaan saling memiliki yang cukup besar. Perhatian berubah menjadi basa-basi. Dan orangtua cenderung pasrah dan membiarkan kondisi tersebut berlangsung terus-menerus dengan alasan bahwa sudah seperti itulah memang tuntutan jaman.  Sehingga anak-anak yang sibuk dengan berbagai perangkat gadgetnya dianggap memang sudah semestinya sesuai dengan perjalanan waktu yang memang semakin mengikis kuantitas, pun kualitas hubungan orangtua dengan anak.

            Sebenarnya, sikap sedemikian itulah yang membuat angka kenakalan remaja terus meningkat grafiknya. Keleluasaan dan ruang tak terbatas yang diberikan orangtua untuk anaknya dengan alasan mengekpresikan diri dan mau berkorban atas dalih kemajuan jaman, menjadikan kendali orangtua atas anak-anaknya mengendur. Kewaspadaan berkurang karena beranggapan bahwa anak-anak secara fisik tidak kemana-mana. Sayangnya, meskipun tidak kemana-mana secara fisik, namun mereka sebenarnya telah mengelilingi dunia lewat media internet. Dan yang mengerikan, penjelajahan di dunia maya itu justru terkadang lebih berbahaya ketimbang di dunia yang sebenarnya. Ketiadaan pengawasan yang memadai dari orangtua terhadap daya jangkau dan jelajah anak-anaknya di dunia maya, membuat mereka bebas masuk ke mana saja. Bahkan tidak jarang berakhir di situs-situs yang memuat berbagai konten pornografi!

            Perangkap dunia maya tak hanya berhenti di persoalan pornografi saja. Anak-anak di bawah umur juga menghadapi beragam perangkap trafficking atau penjualan gadis-gadis belia untuk konsumsi pasar seks. Biasanya para anggota sindikat tersebut menyebar di dunia maya melalui beragam bentuk media sosial yang kini digandrungi para remaja sebagai media sosialisasi dan unjuk diri, mulai dari facebook, twitter, path dan sebagainya. Anggota sindikat kejahatan ini pun tidak selalu berasal dari luar lingkungan bermain anak. Karena sejumlah data yang berhasil diungkap pihak kepolisian mengungkapkan bahwa kaki tangan sindikat tersebut tidak jarang adalam teman-teman bermain anak di media sosial.

            Modus penjeratan juga dapat bermacam-macam. Mulai dari ajakan untuk kumpul-kumpul bareng atau yang dalam bahasa kerennya disebut ‘hang out’ sampai intimidasi untuk tidak diacuhkan dalam komunitas bila tidak mau diajak ‘dugem’ atau keluyuran malam.

            Para orangtua sekarang sangat penting untuk mengetahui dengan jelas identitas teman-teman anaknya. Mulai dari nama, alamat sampai kegiatan apa saja yang mereka lakukan saat acara kumpul-kumpul bareng tersebut. Meskipun demikian, tidak disarankan untuk melakukan tindakan over protective terhadap anak yang akan mengurangi rasa percaya diri dan kenyamanannya dalam bergaul atau berteman. Biar bagaimanapun, anak juga butuh perasaan untuk dipercaya dan diterima. Tentu saja, tidak mudah untuk melaksanakan fungsi tarik-ulur pengawasan ini, bukan? Namun demikianlah kenyataan yang harus dilakoni orangtua jaman sekarang.

            Sementara kartel sindikat penjualan narkoba pun tak kalah sigap beraksi di jagad maya, siap menjaring konsumen juga agen-agen baru. Sehingga tidaklah mengherankan bila anak-anak yang terlihat baik, jarang bermain di luar, banyak juga yang terlibat dalam berbagai tindak kriminal yang dioperasikan dari dunia maya. Ironis, bukan?

            Maka pertanyaan yang kemudian muncul adalah, sejauhmana kesiapan para orangtua dalam mengantisipasi bahaya yang seringkali tak kasat mata ini? Mereka ada meski seolah tiada.

            Untuk mengimbangi kian majunya jaman, teknologi dan informasi serta berbagai kemudahan yang ditawarkan dunia pada para belia tersebut, sudah sepantasnyalah jika orangtua juga ikut bergiat untuk belajar, tahu dan paham, tentang berbagai piranti teknologi yang digunakan anak-anaknya. Kita sebagai orangtua tidak ada salahnya untuk ikut melibatkan diri di dunia anak, seperti menjadi menjalin pertemanan dengan mereka di berbagai media sosial sebagai upaya untuk lebih mendekatkan diri pada anak, juga mengenali lebih jauh teman-teman mereka.

            Orangtua harus lebih luwes dalam persentuhannya dengan teknologi dan tidak menyerah untuk terus belajar. Selain itu, yang juga tak kalah penting untuk diketahui adalah penggunaan bahasa-bahasa populer yang digunakan anak-anak dalam pergaulan dengan teman-temannya, sehingga memudahkan orangtua dalam memahami kemauan  dan minat anak-anak mereka.

            Diskusi yang terbuka tentang berbagai hal yang diminati anak juga sebaiknya dilakukan di rumah. Membiasakan diri untuk mendengarkan dengan antusias apapun yang menjadi minat anak-anak, akan memberikan kenyamanan bagi mereka dalam mengutarakan ketidaknyamanan yang mungkin mereka rasakan dalam pergaulan di komunitas-komunitas yang mereka ikuti. Buanglah anggapan atau pandangan meremehkan terhadap apapun yang disampaikan anak-anak dalam diskusi. Orangtua jaman sekarang harus lebih banyak berperan sebagai sahabat dan teman curhat mereka. Mendukung apapun minat dan pandangan positif anak-anak serta mengarahkan dan membimbing mereka pada hal-hal yang kelak dikhawatirkan akan menjurus negatif, menjadi salah satu peran yang dapat dijalankan orangtua jaman sekarang.

            Untuk membatasi interaksi anak dengan internet melebihi dari kebutuhan, sebaiknya orangtua juga terlibat aktif dalam memilihkan kegiatan outdoor bagi anak sesuai minat dan bakatnya, baik dalam hal seni, olah raga, pramuka dan kegiatan kreatif lainnya. Dengan menyalurkan energi berlebih mereka pada kegiatan yang menyita pikiran dan tenaga, setidaknya dampak negatif yang dicemaskan bisa diminimalisir. Meskipun begitu, tidaklah disarankan untuk memforsir mereka mengikuti berbagai kegiatan ekstra hingga anak-anak itu kehilangan waktu bermain yang snagat dibutuhkan dan tak mungkin terulang begitu berlalunya masa kanak-kanak dan remaja.

            Namun, di atas semua itu, pengajaran dan pemahaman agama tetap memegang peran penting dalam mengendalikan dan mengarahkan hidup mereka, karena hampir sebahagian besar waktu yang dihabiskan anak-anak berada di luar jangkau kendali orangtua. Se-modern apapun dunia ini, secanggih apapun teknologi, agama tetap menjadi kompas dan panduan bagi perjalanan hidup yang semakin membingungkan di jaman serba gemerlap ini. Jika peran-peran di atas sudah kita praktikkan, maka sebagai orangtua kita hanya bisa berharap hal-hal terbaik akan mengiringi perjalanan anak-anak kita meraih masa depannya yang gemilang. Maka, hai para orangtua, berusahalah untuk tetap ‘pintar’ dan tak jemu belajar!

Share This Post: