Agam Tidak Seganas yang Diduga

Banyak kalangan yang menilai kalau Kabupaten Agam merupakan Candradimuka yang ganas bagi para pejabat yang bertugas di daerah itu. Dugaan seperti itu tidak salah, karena karakter orang Agam memang terkesan “garang.” Tidak semua pemimpin dan pejabat bisa suskses bertugas di daerah itu.

Namun, bila mereka berhasil, maka diyakini bisa sukses bertugas di daerah lainnya di Indonesia. Sudah banyak yang membuktikan kebenarannya. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah pun ketika dilantik menjadi Bupati Agam, 26 Oktober 2010, mengaku sedikit gamang. Pasalnya, walau putra Agam, ia selama bertugas sebagai PNS berada di luar Agam, ia telah melihat bagaimana “ganasnya harimau Agam.”

Namun setelah ia jalani, ternyata Agam tidak seganas yang digambarkan banyak orang. Ganasnya Agam merupakan bukti kalau warganya enerjik dan dinamis. Mereka yang lamban akan tergilas. Golongan yang tergilas itulah yang menyebut Agam itu ganas bak Harimau Campo.

“Ternyata bertugas di Agam cukup kondusif, karena warganya dinamis, dan penuh pengertian. Namun mereka, karena warga yang dinamis, memang tidak senang dengan apa pun yang berbau lamban,” ujarnya.

Indra Catri telah membuktikan,kalau warga Agam itu memang enerjik dan dinamis. Senin (28/7/2014) ia telah 3 tahun 9 bulan 2 hari bertugas sebagai bupati. Selama itu pula ia mengaku banyak sukanya daripada dukanya.  Sukanya, warga Agam cepat menerima program yang mereka nilai berguna bagi orang banyak. Salah satunya adalah penerimaan warga Agam ketika Program Agam Menyemai diluncurkan.

“Bukan main sambutan warga. Akibatnya, SKPD terkait kebanjiran pekerjaan. Itu konsekuensi logis bertugas di daerah yang warganya enerjik dan dinamis,” ujarnya dengan senyum khasnya.

SKPD yang terbilang sangat sibuk adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun), Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan, dan BP4K2P. Mereka, walau didera keterbatasan, mampu memenuhi permintaan warga, terutama untuk pengadaan bibit tanaman, benih ikan, dan tuntutan terhadap pembinaan dan penyuluhan di segala bidang.

Kepala Dinas Hutbun Agam, Ir. Yulnasri, MM, mengakui kalau kesibukan dan beban tugas semakin berat sejak dicanangkannya Program Agam menyemai. Namun karena beban berat itu didukung segenap unsur staf, dan pihak terkait lainnya, maka terasa agak ringan. Pihak yang ikut mendukung antara lain perusahaan perkebunan yang ada di Kabupaten Agam, pihak PSDA Agam-Kuantan, perusahaan di luar Agam seperti Garuda Indonesia, dan lainnya, yang ikut membantu pengadaan bibit tanaman. Kemudian dukungan dari Pemprov Sumbar dan Pusat sangat membantu.

“Kini Agam telah memiliki kebun bibit permanen, bantuan dari PSDA,” ujarnya.

Kepal DKP Agam, Ermanto, S.Pi, M.Si, mengaku juga kebanjiran permintaan benih ikan dari warga dan kelompok masyarakat Agam. Permintaan warga bisa dipenuhi berkat dukungan dari banyak pihak. Sebut saja Pemprov Sumbar melalui DKP Sumbar, dan pemerintah Pusat. Di sisi lain, dukungan para penangkar benih ikan, melalui UPR (Unit Pembenihan Rakyat) juga banyak membantu pengadaan benih ikan.

Kepala BP4K2P Agam, Monisfar juga melakukan berbagai upaya pembinaan dan penyuluhan,serta pengadaan bibit tanaman tertentu. Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan terhadap warga, terutama para petani, sudah banyak kemajuan yang bisa diraih. Bahkan petani Agam sudah mampu menjadi penangkar benih padi unggul. Di sisi lain, petani sayur semakin banyak yang menghasilkan sayur organik.

Dalam tengang 4 tahun terakhir, produktifitas padi meningkat 2 kali lipat, begitu juga produktifitas jagung naik 3 kali lipat dan termasuk produktifitas ikan meningkat menjadi 4 kali lipat.

Sejak dicanangkan,Program Agam Menyemai memang banyak menuai kritik. Pasalnya, para pengkritik menilai program tersebut tidak begitu bermanfaat. Namun lebih banyak warga yang merasakan, kalau Program Agam Menyemai merupakan sebuah program cerdas, yang mampu menjangkau sampai ke lapisan masyarakat paling bawah. Bahkan program inovasi cerdas dari Indra Catri ini mendapat pengakuan dari Pemerintah Pusat dengan berhasilnya diraih Innovative Government Award 2014 melalui raihan penilaian tertinggi dari pemerintah pusat.

Kini, nyaris tidak ada lagi sumber dan aliran air yang tidak dimanfaatkan untuk usaha budi daya perikanan. Kolam ikan yang selama ini terabaikan, telah dimanfaatkan lagi untuk tempat memelihara ikan. Baik kolam yang berada di pekarangan warga, maupun di lingkungan rumah ibadah. Aliran bandar dan kali dijadikan sebagai lubuk larangan pemuda atau nagari.

Keuntungannya, di samping bisa menghasilkan ikan sebagai sumber protein hewani yang sehat, juga menjadikan aliran bandar dan kali terawat dan terjaga kondisi K.3-nya.

Lahan kosong telah dijadikan kebun aneka tanaman perkebunan dan kayu-kayuan. Bahkan lahan kritis pun sudah banyak yang dihijaukan dengan aneka tanaman. Program paling strategis adalah menghijaukan kawasan perbukitan di Kecamatan Tanjung Raya, Palembayan, Matur,dan Malalak, guna menjaga ketersediaan air untuk Danau Maninjau.

Pemanfaatan lahan pekarangan menjadi populer. Walau hanya ditanami tanaman sayur dan bumbu dapur, lahan pekarangan telah membuktikan keampuhannya untuk mendukung ekonomi keluarga yang sehat.

Lantas, kapan diluncurkan Program Agam Menuai...? Pertanyaan itu sering terlontar dari mulut warga dengan kaca mata “minus.” Bila terus-terusan menyemai, kapan menuainya...? dengan senyum tipis, Indra Catri menjawab, bila sudah layak dipanen, panen saja, tidak perlu pula diluncurkan Program Agam Menuai. Karena sudah banyak yang dituai atau dipanen sejak dicanangkannya Program Agam Menyemai. Sebut saja tanaman buah, seperti pepaya. Indra Catri sudah lebih dulu memanennya, karena ia juga telah menanam sebelum Program Agam Menyemai dicanangkan.

“Pepaya di pekarangan rumah dinas bupati sudah sering dipanen,” ujarnya pula.

Menurut Indra Catri pula, ganasnya Harimau Agam merupakan modal penggerak pembangunan di segala bidang. Namun bila tidak digerakan, maka warga yang enerjik dan dinamis itu mebutuhkan penyaluran enerji mereka ke arah yang tidak diinginkan. Makanya, bertugas di Agam akan terasa enak,bila enerji warga yang dinilai banyak kalangan sebagai sebuah “keganasan,” itu digerakan untuk kegiatan yang bermanfaat bagi orang banyak, dan daerah.

Share This Post: