Batas-batas daerah:
Luas daerah seluas 2.226,270 Km2; atau (5,29 %) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang memiliki luas 42.119,542 Km2; (berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.1.1-6117 Tahun 2022)Â
dengan batas-batas daerah:
Utara: Kabupaten Pasaman
Timur: Kabupaten 50 Kota
Selatan: Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar
Barat: Samudera Indonesia
Â
Letak dan Kondisi Geografis:
Secara geografis, Kabupaten Agam berada pada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990 46’ 39” – 1000 32’ 50” BT.
Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian, pentingnya memanfatkan keuntungan geografis.
Kabupaten Agam adalah kawasan perbukitan/pegunungan dan pesisir yang didominasi oleh kawasan lindung dengan basis ekonomi pertanian (perkebunan lahan kering dan hortikultura) namun sekaligus adalah kawasan rawan bencana dengan sebaran potensi bahaya tsunami, abrasi, gerakan tanah/longsor dan gempa serta letusan gunung berapi. Demikian juga terhadap pemenuhan berbagai infrastruktur yang masih terbatas.
Â
Topografi:
Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.891 meter dari permukaan laut.
Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter dpl. Adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:
1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.
2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49?rada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl, Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak 425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palembayan 50 - 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325 -1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.
3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96% meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl, Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.
Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai landai (0 – 8%) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%) yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara Kabupaten Agam.
Â
Geologi:
Formasi batuan yang dijumpai pada daerah Kabupaten Agam dapat digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter yang terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen, metamorfik, vulkanik dan intrusi. Batuan vulkanik terdapat di Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Danau Maninjau.
Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Danau Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha (32,43%), batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis tuff) seluas 55.867,90 ha (26,43%), batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%), endapan alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).
Sementara untuk daerah sekitar Maninjau terjadi lekukan besar kawah Maninjau yang saat ini berisi air danau merupakan hasil dari ledakan maha dahsyat dari erupsi gunung api.
Â
Hidrologi:
Berdasarkan Sistim Wilayah Sungai, Kabupaten Agam termasuk kedalam 3 (dua) Sistem Wilayah Sungai yaitu:
SWS Arau, Kuranji, Anai, Mangau, Antokan dan (AKUAMAN), SWS Masang Pasaman dan SWS Indragiri.
Berdasarkan pembagian wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Agam terdiri dari 8 (delapan) Daerah Aliran Sungai yaitu; DAS Batang Tiku, DAS Andaman, DAS Mangau, DAS Antokan, DAS Masang Kiri, DAS Masang Kanan dan DAS Batang Naras serta DAS Kuantan.
Kabupaten Agam memiliki Danau Maninjau yang terdapat di Kecamatan Tanjung Raya dengan luas sekitar 94.5 km2. Sumber air lainnya adalah embung. Embung yang besar di Kabupaten Agam berfungsi sebagai daerah tampungan air dan irigasi.
Potensi penyediaan air bersih di Kabupaten Agam saat ini cukup bervariasi, mulai dari penggunaan air tanah dalam, air sungai, dan mata air. Penyediaan air bersih yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Agam menggunakan sistem perpipaan dan non perpipaan. Pelayanan air bersih yang dikelola oleh PDAM dilakukan melalui sembilan unit pelayanan yang memiliki cakupan pelayanan sekitar 31 persen penduduk di daerah pelayanan atau 9 persen penduduk Kabupaten Agam. Untuk pelayanan SPAM perdesaan melalui sistem perpipaan dan non perpipaan baru mencapai 4 persen dari daerah perdesaan yang harus dilayani. Penyediaan air di Kabupaten Agam saat ini masih sangat kurang, dilihat dari masih banyaknya warga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan mandi/cuci/kakus.
Â
Klimatologi:
Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam, yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum 250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung), sedangkan di daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C (Tilatang Kamang). Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%.
Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan bulan September sampai bulan Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.
Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah hujan, yaitu:
1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa  bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.
2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek Angkek.
3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.
4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya.
Â
Namun dewasa ini telah terjadi perubahan besar kondisi cuaca dan iklim, bukan hanya di Kabupaten Agam namun hal ini terjadi diseluruh muka bumi yang disebabkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim. Sehingga hal tersebut sudah menjadi isu sentral yang mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan bidang pertanian, industri, lingkungan hidup, penanggulangan bencana dan lain-lain.
Gambaran Umum
Nilai PDRB Kabupaten Agam atas dasar harga berlaku pada tahun 2020 adalah 20.374,038 milyar rupiah dan tahun 2021 naik menjadi 21.347,405 milyar rupiah. Sedangkan menurut harga konstan 2010, 14.407,114 milyar rupiah pada tahun 2020 menjadi 14.939,508 milyar rupiah pada tahun 2021.
Struktur ekonomi Kabupaten Agam pada tahun 2021 menurut lapangan usaha didukung oleh tiga lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor serta lapangan usaha industri pengolahan. Ketiga lapangan usaha tersebut memberikan sumbangan terhadap perekonomian Kabupaten Agam sebesar 58,17 persen. Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebagai penyumbang terbesar memberikan kontribusi sebesar 29,22 persen, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 29,99 persen.
Berikutnya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, yang memberikan kontribusi sebesar 19,01 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 18,84 persen. Sedangkan lapangan usaha industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 9,94 persen, juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 9,73 persen. Struktur ekonomi Kabupaten Agam tahun 2021 menurut pengeluaran didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (54,82 persen), diikuti pembentukan modal tetap bruto (29,71 persen).Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Agam pada tahun 2021 mengalami percepatan dibandingkan 2020. Ini diakibatkan karena aktivitas ekonomi semakin membaik setelah pandemi Covid-19 pada 2020. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 sebesar 3,7 persen, sedangkan tahun 2020 sebesar -1,38 persen.Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 7,93 persen dan lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 5,92 persen. Sementara lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan terendah adalah lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 0,55 persen.
Secara geografis, Kabupaten Agam berada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990 46’ 39” – 1000 32’ 50” BT, dengan luas wilayah 2.264,89 Km2. Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera yang berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian. Kabupaten Agam berada pada kawasan perbukitan/ pegunungan dan pesisir yang didominasi oleh kawasan lindung dengan basis ekonomi pertanian (perkebunan lahan kering dan hortikultura). Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.877 meter dari permukaan laut (puncak gunung Singgalang). Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam, dan topografi wilayah yang datar hingga bukit dan bergunung dengan kemiringan 0% - >45%. Sementara berdasarkan kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter dpl.. Seperti daerah lainnya di Sumatra Barat, kabupaten Agam mempunyai iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 25 °C dan maksimum 33 °C dan tingkat kelembapan nisbi ±83%. Tingkat curah hujan di Kabupaten Agam mencapai rata-rata 2.700–3.500 mm per tahun, di mana daerah sekeliling gunung lebih tinggi curah hujannya dibanding daerah pantai. Sebagai daerah agraris struktur ekonomi tentu didominasi sektor pertanian dengan sub sektor terdiri dari Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian, Kehutanan & Penebangan Kayu, dan Perikanan. Peran sektor pertanian sejak Tahun 2010 hingga Tahun 2021 mendominasi perekonomian Kabupaten Agam sebesar 34,25 % pada tahun 2010 sampai 29,22 % pada tahun 2021. Kontribusinya meskipun menurun tetapi tetap paling tinggi diantara sektor ekonomi lainnya. Perkembangan sektor pertanian dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dalam pembentukan PDRB adalah sebesar 32,10 % pada Tahun 2017, turun menjadi 31,52 % pada Tahun 2018, 30,10 % pada Tahun 2019, 29,99 % pada tahun 2020 dan pada Tahun 2021 menjadi 29,22 ?ri total PDRB menurut harga berlaku.  Jumlah penduduk Kabupaten Agam pada sensus tahun 2021 mencapai 534.202 orang, terdiri dari 269.495 laki-laki dan 264.704 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Agam tahun 2021 adalah sebesar 1,24%. Kecamatan Ampek Nagari memiliki laju pertumbuhan penduduk per-tahun tertinggi sebesar 2,21?n Kecamatan Ampek Angkek memiliki laju pertumbuhan penduduk per-tahun terendah sebesar 0,67%. Kecamatan Lubuk Basung adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sebanyak 82.351 jiwa (15,42?ri total penduduk Kabupaten Agam) dan kecamatan Malalak memiliki penduduk paling sedikit yakni 10.733 jiwa. (2,01%). Berdasarkan data Kabupaten Agam Dalam Angka Tahun 2022, maka dapat dipastikan bahwa tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Agam terhadap luas wilayahnya adalah 236 orang per km?2;, di mana kecamatan IV Angkek merupakan kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya, yaitu 1.520,81 orang per km?2;. Tahun 2021 Kabupaten Agam memiliki jumlah angkatan kerja 242.926 orang dan sekitar 12.287 orang di antaranya belum memiliki pekerjaan. Penduduk Kabupaten Agam ini didominasi oleh suku bangsa Minangkabau, tetapi terdapat pula suku bangsa lainnya seperti Jawa dan Batak. Saat ini, perekonomian kabupaten Agam dibentuk oleh sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan, pertambangan, pariwisata dan industri. Wilayah yang subur di Kabupaten Agam menjadikan daerah ini sebagai penghasil tanaman pangan dan sayuran segar yang bisa memenuhi kebutuhan lokal bahkan dijual ke luar provinsi. Pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk di Kabupaten Agam dengan padi sebagai produk unggulan, produksi padi pada tahun 2021 mencapai 427.076 ton dengan luas panen 73.507 hektar dan produktivitas 5,81 ton per hektar. Padi beserta tanaman horti lainnya merupakan komoditas pertanian yang cukup dominan dan menjadi pemasok utama bagi kawasan lainnya. Tanaman horti semusim yang banyak ditanam di kabupaten Agam adalah sayur-sayuran hijau, wortel, cabe merah dan cabe hijau. Sementara Tanaman horti tahunan juga banyak di tanam di Kabupaten Agam seperti Durian, Petai, Jengkol. Tanaman perkebunan yang banyak ditanam di Kabupaten Agam adalah Kelapa, Kelapa Sawit, Coklat dan Tebu. Sementara untuk komoditas peternakan yang banyak diusahakan di Kabupaten Agam antara lain Sapi perah, Sapi potong, Kambing, Ayam Ras petelur juga ayam ras pedaging. Daerah Kabupaten Agam juga memiliki potensi danau dan lautan, sehingga kebutuhan ikan bisa disupplai dari dalam dan bahkan dijual ke luar daerah. Pengembangan perikanan selain dari hasil laut diupayakan melalui pengembangan perikanan air tawar yang terus ditingkatkan terutama pada Kecamatan Tanjung Raya dan Lubuk Basung. Pembudidayaan dengan pola intensif ini dilakukan melalui pembudidayaan ikan di Kolam Air Deras (KAD) 8,9 Ha, Kolam Air Tenang (KAT) 751,49 Ha, Kolam Jaring Apung (KJA) 30,78 Ha, Keramba (KRB) 6,11 Ha, dan sawah (SWH) 106 Ha. Selain itu, baru-baru ini juga sedang berkembang budidaya udang vaname yang diusahakan oleh investor lokal. Saat ini kegiatan pertambangan di Kabupaten Agam belum dikelola dan dikembangkan, padahal di dalam tanahnya tersimpan bahan galian strategis yang belum tersentuh sama sekali. Di kawasan kabupaten Agam terindikasi zona aliterasi dan mineralisasi yang membawa mineral logam, endapan pasir besi serta bahan galian industri. Keberadaan PLTA Maninjau merupakan salah satu pemasok energi listrik utama di Sumatera Barat yang berada di Kabupaetn Agam dengan kapasitas listrik yang dihasilkan pada PLTA Maninjau I menghasilkan listrik 68 MW, Maninjau II 39 MW, dan Maninjau III 16 MW. Sumber : Kabupaten Agam Dalam Angka Tahun 2022, BPS Kabupaten Agam Sensus Penduduk Tahun 2021, BPS Kabupaten Agam PDRB Kabupaten Agam menurut Lapangan Usaha Tahun 2017-2021, BPS Kabupaten Agam Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Agam beberapa tahun belakangan ini lebih tinggi dari Provinsi Sumatera Barat dan nasional. Pada tahun 2020 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Agam sebesar -1.38 persen. Sementara Provinsi Sumbar hanya sebesar -1.60 persen dan nasional -2.07 persen. Perbaikan kinerja makro ekonomi tersebut mendorong peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB), PDRB perkapita dan pendapatan perkapita. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2018 mencapai Rp18,21 Triliun, meningkat sebesar Rp1,52 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan itu dipicu dengan meningkatnya nilai tambah pada empat sektor utama pembentukan PDRB yakni, sektor pertanian sebesar Rp5,81 triliun atau meningkat 0,36 triliun dari tahun 2017, sektor perdagangan sebesar Rp3,36 triliun. Lalu, sektor industri pengolahan mencapai Rp2,01 triliun, sektor konstruksi sebesar Rp1,6 triliun dan sektor transportasi sebesar 1,2 triliun.Peningkatan nilai tambah pada sektor diatas tersebut akan mendorong peningkatan pendapatan regional perkapita daerah. Sektor pertanian tumbuh rata-rata sebesar 4,4% selama periode 2014 – 2018. Pertumbuhan sektor ini didukung oleh pertumbuhan sub sektor perikanan darat. Hal ini sesuai dengan potensi yang dimiliki olehKabupatan Agam yaitu perikanan yang dikembangkan di Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya dimana 71 persen produksi perikanan berasal dari Kecamatan Tanjung Raya. Sub sektor lainnya yang juga menopangpertumbuhan sektor pertanian adalah sub sektor perkebunan. Secara ratarata sub sektor perkebunan tumbuh sebesar 5,53% selama periode 2014 –2018. Sementara itu, sub sektor yang pertumbuhannya paling rendah adalah sub sektor kehutanan. Sub sektor ini hanya tumbuh sebesar 3,69% selama periode 2014 – 2018. Rendahnya pertumbuhan sub sektor ini mungkin disebabkan oleh banyaknya lahan hutan di Kabupaten Agam yang dijadikan lahan konservasi sehingga tidak lagi dimanfaatkan untuk keperluan komersial. Di samping sektor pertanian, Kabupaten Agam juga memiliki sub sektor penggalian. Selama periode 2014 – 2018, pertumbuhan sub sektor penggalian turun dari 6,24% pada tahun 2012 hingga 5,31% pada tahun 2016.Pada tahun 2018 secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Agamsebesar 5,27 persen. Sektor pertanian masih merupakan sektor dengan kontribusi terbesar di Kabupaten Agam. Kontribusi sektor pertanian pada tahun2018 adalah 31,13 persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 0,78 persen, sedangkan konstribusinya di tahun 2017adalah sekitar 32,65 persen. Pertumbuhan pada sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Agam, karena memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian. Sektor lainnya yang memiliki kontribusi yang cukup besar adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor dengan kontribusi sebesar 18,62 persen.Tingkat pertumbuhan sektor Informasi dan Komunikasi selalu mengalami pertumbuhan yang sangat baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018 tingkatpertumbuhan sektor Informasi dan Komunikasi adalah yang terbesardibandingkan sektor lainnya dengan tingkat pertumbuhan mencapai 9,66 persen.Sektor jasa pendidikan juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2018 yaitu sebesar lebih kurang 8,16 %. Tingginya pertumbuhan sektor ini didorong oleh membaiknya perekonomian baik domestik dan regional. Fluktuasi pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan berkorelasi positif dengan fluktuasi pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi. Artinya sektor komunikasi mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam mempengaruhi pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi.Secara rata-rata, sektor jasa keuangan dan asuransi hanya mampu tumbuh sebesar 3,85% per tahun selama periode 2014-2018. Sub sektor yang mengalami pertumbuhan yang baik dan cenderung naik adalah adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dan sektor jasa perusahaan dimana rata-rata masing-masing tumbuh sebesar 4,07?n 5,53?lam selama periode waktu 2014-2018. Selama periode Tahun 2014 – 2018, ternyata sektor jasa-jasa juga mencatat pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pertumbuhan sektor jasa-jasa ini secara rata-rata mencapai sebesar 7,83 persen per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah khususnya pemerintah daerah masih sangat berperan dalam mendorong peningkatan perekonomian Kabupaten Agam. Disisi lain sub sektor swasta hanya mampu tumbuh sebesar 6,79 persen atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor jasa-jasa itu sendiri.Kondisi ini menunjukkan bahwa sub sektor swasta masih memilki potensi untuk ditingkatkan di masa mendatang. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan peluang dan kesempatan kepada calon investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Agam pada sektor dan sub sektorekonomi yang cukup potensial tersebut. Sumber; https://dpmptspnaker.agamkab.go.id/assets/fileupload/ppid-1608252442.pdf Pada Tahun 2020 pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Agam hamper sama dengan pola pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat dan Nasional yang cenderung melambat, sama-sama mengalami kontraksi akibat pandemic Covid-19. Pada tahun 2020 laju Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Agam sebesar-1,38%, sementara Provinsi Sumatera Barat sebesar -1,60?n Nasional-2,07%. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Agam dinilai masih lebih baik karena ditopang oleh lapangan usaha pertanian kehutanan dan perikanan sebagai penyumbang terbesar terhadap perekonomian daerah dan memiliki pertumbuhan yang positif. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (DPRB) per kapita Kabupaten Agam atas Dasar Harga berlaku berdasarkan jumlah penduduk hasil proyksi (ADHB-P). Sejak tahun 2018 hingga tahun 2020 cenderung mengalami peningkatan. Pada Tahun 2018, nilai PDRB perkapita ADHB-P sebesar Rp. 39,24 juta,- mengalami kenaikan secara nominal pada tahun 2019 mencapai Rp.41,80 juta. Sementara berdasarkan harga Konstan (ADHK) nilainya juga mengalami peningkatan dari Rp.28,58 juta menjadi 29,74 juta pada tahun 2019. Wabah pandemic Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 turut berdampak terhadap penurunan PDRB per kapita yang diterima oleh masyarakat. Pada tahun 2020 nilai PDRB per Kapita ADHB-P Kabupaten Agam turun menjadi Rp.41,19 juta, sementara berdasarkan ADHK-P nilainya turun menjadi Rp.29,13 juta. Perdagangan Sektor Perdagangan dan Jasa Berada tak jauh dari Kota Bukittinggi, membawa pengaruh cukup besar bagi prospek perdagangan dan jasa di Kabupaten Agam. Sebagai buktinya, di Kabupaten Agam dewasa ini tercatat sebanyak 37 pasar konvensional dan dua pasar ternak. Sementara rumah makan tercatat sebanyak 72 buah. 4. Sektor Pariwisata Sebagaimana daerah lainnya di Sumbar, Kabupaten Agam juga menggalakkan sektor pariwisata. Dengan 128 objek wisata yang dikembangkan, Pemkab Agam mencatat sebanyak 80.289 orang wisatawan bisa digaet. Untuk menunjang sektor ini, di Kabupaten Agam berdiri sebanyak empat hotel berbintang, sementara hotel melati dan wisma tercatat sebanyak 27 buah. Laju Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha 2020 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib -2,15Industri Pengolahan -4,13 Informasi dan Komunikasi 8,36 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,24 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,76Jasa lainnya -11,37 Jasa Pendidikan 5,55 Jasa Perusahaan -4,87 Konstruksi -5,72 PDRB -1,38PDRB Tanpa Minyak dan GasPengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,46Pengadaan Listrik dan Gas -7,58 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -19,70Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor -1,97Pertambangan dan Penggalian -3,33 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,03 Real Estate 0,03 Transportasi dan Pergudangan -11,80.
Kabupaten Agam mayoritas kategori industri kecil dan menengah. Jumlah usaha industri konveksi pada tahun 2020 sebanyak 1.444 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4129 orang dan pada tahun 2021 mengalami peningkatan:sebanyak 1446 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4134 orang. Jumlah industri sulaman dan bordir di Kabupaten Agam tahun 2020 sebanyak 534 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1247 orang dan begitu pula pada tahun 2021. Sementara itu sektor industri pangan pada tahun 2020 berjumlah sebanyak 1603 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3822 dan ditahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 1651 unit usaha dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 3937 orang. Jumlah industri kerajinan pada tahun 2020 sebanyak 532 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 1136 orang dan pada tahun 2021 mengalami kenaikan dengan jumlah 545 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1165 orang. Industri Makanan ringan sangat berpotensi di Kabupaten Agam. Makanan khas Kabupaten Agam seperti makanan kerupuk dari ubi, aneka ragam kue-kue, gulai Kapau, Gulai Itik Lado Mudo Koto Gadang, dan berbagai makanan produksi Kabupaten Agam lainnya yang telah terkenal sejak dahulu kala. Pada umumnya, hasil industri makanan khas Kabupaten Agam masih untuk konsumsi masyarakat sendiri atau dipasarkan sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.Aneka jenis industri makanan ini bisa dikelola secara serius dan membukapeluang dijual ke luar daerah atau untuk diekspor keluar negeri. Potensi Industri di Kabupaten Agam Batugamping, dolomit, kalsit, tras, pasir kuarsa, lempung, granit, sirtu, dan andesit.Endapan granit, marmer yang terdapat di kedua daerah ini sebagian besar terpengaruh oleh sesar Besar Sumatera sehingga banyak terdapat bidang retakan, kondisi ini perlu dicari jalan keluarnya sehingga bahan galian ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahan galian bukan logam yang terdapat di daerah Kabupaten Agam, Batugamping, kalsit, dolomit, tras, sirtu, granit, Sumberdaya bahan galian di Kabupaten Agam hasil uji petik: batugamping sekitar 2 milyar meter kubik, tras sekitar 335 juta meter kubik dan granit 1 juta meter kubik.Berdasarkan hasil analisa terhadap beberapa conto yang diambil dari daerah ini dapat diketahui mutu batugamping cukup baik untuk industri semen, karbit, bata silika, peleburan baja, dolomitnya cukup baik untuk pupuk pertanian, dan tras dapat digunakan sebagai bahan baku semen portlan pozolan (PPC) dengan perbandingan 2 : 8 atau 1.5 : 8,5 ( 1,5 – 2 tras : 8.5 – 8 semen)   |
TAHUN | KONDISI |
---|---|
2009 | 4,9 |
2008 | 6,38 |
2007 | 6,37 |
2006 | 6,18 |
2005 | 6,13 |
2004 | 6,01 |
2003 | 5,29 |
2002 | 4,75 |
2001 | 4,06 |
TAHUN | KONDISI |
---|---|
2009 | 13566040 |
2008 | 12111113 |
2007 | 10417994 |
2006 | 9196510 |
2005 | 7948471 |
2004 | 6668261 |
2003 | 6048095 |
2002 | 5516285 |
2001 | 4537231 |
SEJARAH SINGKAT
Â
Kabupaten Agam mempunyai sejarah yang panjang dan komplit, baik di bidang Pemerintahan maupun di bidang adat istiadat. Diawali dari Kerajaan Minangkabau pada pertengahan abad ke-17. Kerajaan Minangkabau yang disebut Ranah Minang, wilayah pemerintahannya selain Kabupaten Agam tempo dulu, termasuk juga daerah Limo Koto Kampar (Bangkinang) yang sekarang termasuk Propinsi Riau, Daerah Kabupaten Kerinci (Sungai Penuh) sekarang termasuk Propinsi Jambi dan sebagian daerah Tapanuli Selatan (Koto Napan) yang sekarang secara administrasi berada di Propinsi Sumatera Utara.
Pemerintahan adat Minangkabau mencakup Luhak dan Rantau, dimana Pemerintahan Wilayah Luhak terdiri dari Luhak Tanah Datar, Luhak Limo Puluah Kota dan Luhak Agam. Komisariat Pemerintahan Republik Indonesia di Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi mengeluarkan peraturan tentang pembentukan daerah Otonom Kabupaten di Sumatera Tengah yang terdiri dari 11 Kabupaten yang salah satunya Kabupaten Singgalang Pasaman dengan ibukotanya Bukittinggi yang meliputi kewedanan Agam Tuo, Padang Panjang, Maninjau, Lubuk Sikaping dan Kewedanaan Talu (kecuali Nagari Tiku, Sasak dan Katiagan).
Bila kita berbicara tentang sejarah dan asal usul Luhak Agam sebagai Luhak Nan Tangah di Samping Luhak Nan Tuo (Luhak Tanah Data) dan Luhak Nan Bungsu (Luak 50 Koto) yang merupakan bagian yang integral dari “Barih Balabeh” wilayah atau teritorial Minangkabau, maka kita kenal akan nama nama Ampek Angkek yang mempunyai arti yang sangat penting. Karena sejarah asal usul wilayah Kabupaten Agam yang ada sekarang ini berawal dari Ampek Angkek ini. Istilah Ampek Angkek ini berasal dari kata “Ampek-Ampek Sekali Barangkek”. Istilah ini erat kaitannya dengan sejarah perpindahan penduduk dari Luak Tanah Datar (Kabupaten Tanah Datar) sebagai Luhak Nan Tuo ke Luhak Agam.
Ampek-ampek sekali barangkek artinya proses imigrasi atau perpindahan penduduk dari Luak Tanah Data menuju daerah Luak Agam. Proses perpindahannya dahulu kala berlangsung melalui 4 tahap (angkatan). Setiap tahapan berangkatnya terdiri dari empat-empat kaum. Mereka yang berangkat Ampek-Ampek tersebut kemudian mendirikan Nagari-nagari yang ada di Luak Agam atau Kabupaten Agam yang ada sekarang ini.
Angkatan I atau ampek kaum pertama yang berangkat mendirikan Nagari-nagari sebagai berikut : Biaro, Balai Gurah, Lambah, Panampungan. Angkatan ke II mendirikan Nagari : Canduang, Koto Laweh, Lasi, Bukik Batabuah. Angkatan ke III mendirikan Nagari : Sariak, Sungai Pua,  Batagak,  Batu Palano, Angkatan ke IV mendirikan Nagari :  Sianok, Koto Gadang,  Guguak, Tabek Sirajo
Itulah yang disebut Ampek Angkek yang terdiri dari 16 Nagari pada mulanya di Luhak Agam. Selanjutnya dari 16 Nagari inilah kemudian berkembang menjadi sebanyak Nagari yang ada sekarang di Luak Agam atau Kabupaten Agam.
Dalam masa Pemerintahan Belanda, Luhak Agam dirubah statusnya menjadi Afdeling Agam yang terdiri dari Onder Afdeling Distrik Agam Tuo, Onder Afdeling Distrik Maninjau dan Onder Afdeling Distrik Talu. Pada permulaan Kemerdekaan RI tahun 1945 bekas Daerah Afdeling Agam dirubah menjadi Kabupaten Agam yang terdiri dari tiga kewedanan masing-masing Kewedanaan Agam Tuo, Kewedanaan Maninjau dan Kewedanaan Talu.
Belanda yang kemudian mendirikan kubu pertahanan pada tahun 1825 pada masa Perang Padri di salah satu bukit yang terdapat dalam kota Bukittinggi, dikenal sebagai Benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Kemudian pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah Stadsgemeente (kota),dan juga berfungsi sebagai ibukota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.
Pada masa pendudukan Jepang, Kota Bukittinggi sebagai ibukota Kabupaten Agam dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand, di mana pada kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke 25 Kenpeitai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Kemudian kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba dan Bukit Batabuah.
Dengan Surat Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah No. 171 tahun 1949, daerah Kabupaten Agam diperkecil dimana Kewedanaan Talu dimasukkan ke daerah Kabupaten Pasaman, sedangkan beberapa nagari di sekitar Kota Bukittinggi dialihkan ke dalam lingkungan administrasi Kotamadya Bukittinggi.
Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah tersebut dikukuhkan dengan Undang-undang No. 12 tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Tingkat II dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, sehingga daerah ini menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Agam.
Pada tanggal 19 Juli 1993 secara de facto, ibukota Kabupaten Agam telah berada di Lubuk Basung yang dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perpindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Agam dari Wilayaj Kodtamadya Daerah Tingkat II Buittinggi ke Kota Lubuk Basung di Wilayah Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Daerah Tingkat II Agam.
Pada tanggal 19 Juli 1993 secara de facto, ibukota Kabupaten Agam telah berada di Lubuk Basung yang dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Agam Dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bukittinggi Ke Kota Lubuk Basung Di Wilayah Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Daerah Tingkat II Agam.
1. Lambang berbentuk perisai segi lima dengan warna dasar merah.
2. Bagian dasar bagian atas dari lambang dengan dasar kuning AGAM dengan dasar hitam.
3. Bintang sudut lima dengan warna kuning.
4. Dua bilah keris bersilang, (sebilah terhunus, sebilah lagi dalam sarung) masing-masing dengan hulu bewarna kuning bintik-bintik hitam, yang terhunus bewarna putih tepi hitam dan sarung warna kuning bintikbintik hitam.
5. Setangkai padi dengan butiran 17 (tujuh belas) dalam warna kuning tepi hitam.
6. Buah kapas sebanyak 8 (delapan) dengan warna putih tepi hitam.
7. Balai adat dengan warna hitam.
8. Mesjid dengan warna putih.
9. Harimau campo dengan keadaan duduk dengan warna kuning bintikbintik hitam dan merah.
10. Tiga buah gunung dengan warna hitam.
11. Satu riak dan satu gelombang dengan warna putih.
12. Semboyan dengan tulisan " TALI TIGO SAPILIN" dengan warna hitam atas dasar kuning.
Â
PENJELASAN
1. Lambang berbentuk perisai adalah penggambaran kekuatan dan pertahanan membela kepentingan Daerah dan Negara
2. Tulisan AGAM menggambarkan Daerah Kabupaten Agam.
3. Bintang dengan sudut lima dengan warna kuning menggambarkan dasar negara PANCASILA.
4. Dua bilah keris menggambarkan kekuasaan yang menghukum secara adil.
5. Padi dan kapas masing - masing 17 (tujuh belas) dan 8 (delapan) menggambarkan tujuan kemakmuran, yang sekaligus mengingatkan kepada Detik-detik yang bersejarah 17 Agustus.
6. Balai adat sebagai tempat musyawarah, penggambaran wajah Demokrasi di Minang Kabau.
7. Mesjid, perlambangkan kepercayaan masyarakat.
8. Harimau, menggambarkan sifat-sifat kewaspadaan masyarakat sesuai dengan historis Daerah Kabupaten Agam.
9. Air dan Gunung, merupakan sumber - sumber kemakmuran masyarakat satu riak dan satu gelombang penggambaran dua sumber air sebagai sumber kemakmuran masyarakat yakni air tawar dan
air asin.
10. " TALI TIGO SAPILIN " penggambaran penjalinan yang teguh Adat, Agama dan Pemerintah.
Â
PENJELASAN ARTI WARNA
1. Merah berarti semangat yang menyala-nyala, kecintaan pada Negara dan Agama
2. Hitam berarti kuat, kokoh dan tahan tapo.
3. Kuning berarti kesabaran, keluhuran, kesejahteraan.