MANFAAT DAN PENGARUH SIARAN TELEVISI BAGI MASYARAKAT

Pada saat ini media massa telah menjadi suatu kebutuhan yang mendasar pada seluruh masyarakat, mulai dari masyarakat lapisan atas, tengah dan bawah. Kebutuhan tersebut seiring dengan perkembangan informasi sekarang ini. Televisi adalah sebuah teknologi atau media komunikasi yang menerima siaran berupa audio dan visual, baik yang hitam putih (monokrom) maupun berwarna (full color). Televisi dapat di artikan sebagai alat untuk berkomunikasi jarak jauh dengan menampilkan penglihatan atau visual.
Televisi saat ini memiliki beberapa kelebihan yang berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dengan adanya televisi, manusia mendapatkan informasi dan bisa menikmati hiburan yang lebih banyak dari pada berimajinasi, karena informasi dan hiburan yang di berikan berupa audio dan visual. Kelebihan lain yang di miliki televisi adalah jangkauan pemirsa yang lebih banyak jika di bandingkan dengan media telekomunikasi lainnya, televisi dapat di nikmati oleh anak-anak, remaja, dewasa, bahkan yang sudah lanjut usia. Selain itu, kita tidak perlu membayar biaya bulanan untuk dapat menikmati siaran dari televisi nasional, seperti TVRI, RCTI, SCTV, ANTV Indosiar, Trans Tv, Trans 7 dan sebagainya.
Dalam bidang pendidikan, televisi yang menyiarkan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih cepat. Mengapa? Karena manusia lebih menyukai hal-hal yang memiliki unsur audio (suara-suara yang menarik) dan visual (gambar-gambar bergerak dan penuh warna) di bandingkan dengan buku pelajaran, rekaman, dan sebagainya. Selain itu, dalam bidang penyaluran informasi menarik bagi para penonton, seperti berita terkini (kondisi jalanan, keadaaan suatu peristiwa), keadaan ekonomi dan politik, iklan, acara-acara besar, dan sebagainya. Dalam bidang hiburan, televisi sering menyiarkan berbagai acara yang dapat menghibur penonton mengisi waktu luang, seperti film-film bioskop, sinetron, reality show, lagu (video klip suatu lagu), dan sebagainya. Berbagai siaran lain dari berbagai negara juga dapat di nikmati oleh penonton dengan berlangganan tv kabel, seperti Indovision, TelkomVision, First Media dan sebagainya yang menyediakan berbagai channel seperti FOX, StarWorld, ESP, Cartoon Network, dan masih banyak lagi.

Dewasa ini rumah produksi ingin membuat acara berbiaya rendah tapi laku keras. Orientasi komersial jadi prioritas ketimbang kualitas acara. Karenanya wajar jika sinetron dan (un)realityshow masih menjadi primadona. Sekali sinetron di gemari sekuelnya segera di buat karena risikonya lebih kecil dari pada harus membuat judul baru. Ketika Playboy Kabel dianggap sukses, maka Mak Comlang, Cinta Lokasi, Backsreet, Pacar Pertama, Harap-harap Cemas, Termehek-mehek, Katakan Putus, dan sebagainya langsung mencuat.
Jadilah kemudian lingkaran setan yang susah diputus. Produser membuat acara berdasar rating. Rating dibuat karena basis jumlah penonton. Rating acara-acara semacam itu biasanya cukup tinggi berarti bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang “nakal" meonton acara semacam itu. Kalau acara semacam itu masih menjamur, artinya harus diakui bahwa selera mayoritas masyarakat kita masih begitu rendah.
Sebaiknya mungkin ada juga orang-orang dunia hiburan yang ingin membuat tayangan berkualitas namun lagi-lagi terbentur rating. Dengan begitu hanya ada dua solusi untuk mengatasi masalah hobby nonton seperti yang di atas pertama, sebisa mungkin meminimalkan waktu anda dan keluarga untuk menonton televisi dan batasi hanya untuk program-program tertentu saja. Kedua, pemerintah mustinya lebih keras membatasi tayangan televisi. Misal 40% tayangan televisi harus bersifat edukatif sinetron dan infotainment masing-masing hanya boleh 20% dan 5% saja.
Pemberitaan di media massa khususnya televisi, merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan kabar, berita, atau pun pesan yang paling diminati oleh masyarakat pada umumnya. Akan tetapi hal tersebut tidak hanya memberi dampak positif bagi masyarakat yang menonton. Jika pesan-pesan yang di sampaikan oleh media massa televisi tidak sesuai dengan aturan-aturan penyiaran yang telah di tetapkan dan di kemas dengan baik, maka hal tersebut akan memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Salah satu dampak negatif yang bisa di timbulkan adalah tindakan kriminalitas yang terjadi di masyarakat.
Semakin banyaknya stasiun televisi, tentunya pihak-pihak pengusaha televisi menganggap hal ini sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan persaingan dan situasiyang kompetitif antar media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan berbagai acara hiburan yang di senangi oleh masyarakat yang sebelumnya telah di perhitungkan. Untuk menarik perhatian masyarakat, paket acara yang di tawarkan di kemas semenarik mungkin.
Berbagai paket acara yang di sajikan di produksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang hanya mementingkan rating. Orang sering berfikir dan mengeluh bahwa zaman sekarang kepentingan-kepentingan asing begitu agresif menjajah bangsa ini. Salah besar, menurut saya justru penjajahan di lakukan oleh orang kita sendiri yang sama sekali tidak peduli dengan masa depan bangsanya, mereka tidak memilah/memilih acara-acara maupun siaran yang akan di tayangkan bagaimana dampak dan pengaruh bagi masyarakat jika di tonton.
Beberapa hal yang di kategorikan sebagai dampak buruk siaran televisi pada masyarakat :
Televisi Merupakan Senjata Budaya Penghancur Generasi Muda Indonesia
Program-program acara-acara yang sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan,sosial budaya, bahkan etika dan norma masyarakat. Salah satunya unsur kekerasan menjadi menu utama di berbagai jenis tayangan yang di kemas pada film, sinetron, dan berita. Salah satu bentuk pemberitaanya adalah pemberitaan khusus kriminalitas seperti Patroli, Buser, Sergap, dll. Penayangan adegan kekerasan semacam ini disiyalir termasuk kekerasan media (media violence).
Teori cultivasi (cultivation) dikembangkan untuk menjelaskan dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap,, dan nilai-nilai orang. Teori ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensif yang di lakukan oleh George Gerbner beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di University of Pennsylvania(Gerbner, Gross, Morgan, dan Signorielli, 1980). Menurut Garbner dalam penelitiannya bahwa masyarakat terbagi menjadi dua yaitu pemirsa penonton TV “berat" dan “ringan". Pemirsa berat adalah mereka yang menonton lebih dari 4 jam dalam sehari, sedangkan pemirsa penonton TV ringan adalah mereka yang menonton TV kurang dari satu hari. Riset awal yang mendukung teori kultivasi di dasarkan pada perbandingan antar pemirsa “berat" televisi dan pemirsa “rigan" televisi. Tim Gerbner menganalisis jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam survey dan menemukan bahwa pemirsa “berat" televisi dan pemirsa “ringan" televisi pada umumnya memberikan jawaban yang berbeda. Selanjutnya pemirsa “berat" televisi sering memberikan jawaban yang lebih dekat dengan dunia yang di gambarkan dalam televisi.

Televisi Mengubah Tingkah Laku Remaja
Unsur kekerasan yang terdapat dalam berita kriminal dapat memicu munculnya faktor penentu perubahan bagi perilaku penontonnya, dalam aspek kognitif, afektif,dan konatif. Alternatif berita kriminal di televisi tentunya akan memberikan pengaruh bagi pemirsanya, terutama jika berita kriminal yang di tayangkan di nikmati oleh anak remaja.
Menurut Hurlock (Suharto, 2006) tahap perkembangan anak-anak hingga remaja, pada fase inilah remaja mulai memiliki pola perilaku akan hastrat penerimaan sosial yang tinggi. Anak remaja mulai menyesuaikan pola perilaku sosial sesuai tuntutan sosial. Remaja yang memiliki intentitas menonton berita kriminal mulai menyesuaikan hal-hal yang di terimanya dengan realitas sosial. Sehingga pengaruhnya akan cepat di terima terutama pada aspek kognitif yang meliputi pengetahuan akan kejahatan, aspek afektif meliputi perasaan atau emosi akan tayangan kekerasan bahkan aspek behavioral yang meluputi tindakan untuk meniru adegan kekerasan.
Televisi Mengubah Gaya Hidup Para Remaja Di Indonesia
Selain itu dapat kita rasakan bahwa program-program media massa televisi Indonesia pada saat ini tidak hanya berkutat pada masalah kekerasan, bahkan motif dan modus tindak kejahatab terkadang di tayangkan. Program-program tayangan TV gaya hidup dan gaya berpakaianpun sudah lagi tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang lebih cenderung “tertutup dan sopan", sehingga hal ini memberikan demonstration effect pada pemuda pemudi kita yang dapat melihat nilai-nilai pergaulan Barat yang di tayangkan di TV sering kita lihat adegan-adegan seks bebas yang di lakukan laki-laki dengan perempuan yang belum menikah.
Meskipun pergaulan dan seks bebas tidak di lakukan semua pemuda dan pemudi Barat, tetapi bahaya demonstartion effect bisa terjadi, sehingga sementara pemuda-pemudi kita menganggap berhubungan seks sebelum menikah sebagai hal yang biasa, yang tidak tahu dengan gaya seperti itu malahan di angggap sebagai orang yang kuno. Budaya-budaya Barat yang di tayangkan TV akan dapat menimbulkan gegar budaya (cultural shock) terutama pada remaja dan pemuda yang di besarkan dalam lingkungan yang tertutup, dan baru mengenal nilai-nilai budaya barat, yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai budaya Indonesia.
Perubahan gaya hidup di kalangan masyarakat tersebut terutama pada umur remaja sangat di tentukan oleh lingkungan sekitar maupun ransangan-ransangan yang datang dari luar. Program-program televisi dan media lainnya memainkan peranan yang teramat penting dalam bagaimana orang memandang dunia mereka sendiri. Pada saat ini, kebanyakan orang mendapatkan informasi mereka dari sumber-sumber yang bermediasidi bandingkan dari pengalaman langsung. Oleh karena itu,simber-sumber yang bermediasi dapat membentuk kenyataan seseorang.

Televisi Membelajarkan Aksi Kekerasan
Begitu juga sama halnya dengan aksi tindak kekrasan yang disiarkan di TV kegiatan menonton TV keras berat mengultivasi suatu anggapan bahwa dunia adalah tempat yang penuh dengan kekerasan, dan para penonton TV kelas berat merasa bahwa terdapat lebih banyak kekerasan di dunia di bandingkan dengan kenyataannya atau dari pada yang di rasakan kelas ringan. Hal tersebut sangat memberikan dampak yang sangat besar terhadap aspek kognitif para penonton terutama pada kalangan anak remaja. Kognisi dapat di artikan sebagai bagaimana cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar, mengingat, dan berfikir tentang sesuatu informasi. Informasi yang di dapat tersebut merupakan suatu pengetahuan dan pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang di percaya dapat mempegaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku/tindakan mereka terhadap sesuatu. Perilaku yang di tiru tidak hanya bersifat fisik dan verbal tetapi justru nilai-nilai yang di anut tokok-tokoh yang di lukiskan dalam acara tersebut.
1. Media TV juga ikut merusak kesabaran masyarakat yang demokratis karena acara maupun iklannya memiliki keterbatasan waktu.
2. Menurut Hurlock penonton anak remaja berada pada tahap perkembangan mulai memiliki pola perilaku akan hastrat penerimaan sosial yang tinggi. Remaja yang memiliki intentitas menonton berita kriminal mulai menyesuaikan hal-hal yang di terimanya dengan realitas sosial. Sehingga pengaruhnya akan cepat d iterima terutama pada aspek kognitif yang meliputi pengetahuan akan kejahatan, aspek afektif meliputi perasaan atau emosi akan tayangan kekerasan bahkan aspek behavioral yang meliputi tindakan untuk meniru adegan kekerasan.
Televisi Mengurangi Minat Baca
TV juga diduga mengurangi minat baca dan belajar bagi anak dan remaja, menghambat imajinasi  dan kreativitas mereka. Temuan penelitian yang di lakukan Deppen, Leknas dan LIPI tahun 1977/1978 memprihatinkan, yakni bahwa akibat masuknya TV di pedesaan, pola kehidupan warga desa telah berubah, anak-anak yang sekolah jadi mundur dalam pembelajarannya karena waktu malamnya di habiskan untuk nonton TV, bukan untuk belajar. Frekwensi membolos dan malas ngaji menjadi tinggi. Keadaan yang sekarang mungkin lebih buruk lagi, mengingat sekarang setidaknya terdapat banyak saluran TV yang menyediakan hiburan yang menarik baik siang maupun malam. Dengan banyaknya dampak negatif yang di timbulkan dari penayangan program TV tersebut dapat menyebabkan tidak maksimalnya peranan pemuda dalam masyarakat dan bangsa sesuai dengan yang di gariskan dalam GBHN, yaitu pengembangan generasi muda di persiapkan untuk kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional, dengan memberi keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani,  daya kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian, dan budi yang luhur.
Permasalahan ini merupakan permasalahan yang komplek sehingga penanganan terhadap permasalahan ini tidak dapat di lakukan oleh satu tangan saja. Kerjasama anggota keluarga dan partisipasi semua elemen masyarakat adalah solusi yang sangat tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Menurut saya sendiri, baik atau buruknya suatu tontonan tergantung dari diri kita masing-masing, yaitu bagaimana cara kita menilai dan mengambil manfaat serta memilih dan memilah-milah mana yang patut di tiru dan mana yang tidak pantas di tiru. Selain itu peranan dan bimbingan dari orang tua juga sangat penting dalam hal tersebut, di karenakan orang tua merupakan guru utama bagi anak dalam lingkungan keluarga. Apabila orang tua bisa mendidik dan mengarahkan anaknya dengan baik dan bijaksana tentunya dengan cara yang di senangi oleh anak pasti seorang anak akan cenderung lebih peduli dengan perkataan dan ajaran dari orang tua, orang tua juga harus pintar memilih siaran televisi yang baik bagi perkembangan anaknya. Sedangkan  bagi anak remaja sendiri ada baiknya orang tua membagi jadwal menonton, jadwal belajar, dan bermain pada anak-anaknya, dengan begitu tentu akan terbentuklah suatu keseimbangan. Usahakan anak remaja anda menonton siaran stasiun televisi yang dan mendidik bermanfaat.
Sebaik-baik tontonan adalah tontonan yang bermanfaat yang dapat memberi perkembangan  baik bagi diri kita, yaitu siaran yang penuh dengan education/pelajaran dan siaran yang dapat mengasah otak seperti acara Tau Gak Sih, Rangking 1 dan sebagainya. Acara demikian tersebut akan sangat berguna bagi kita semua, baik anak-anak maupun orang yang sudah lanjut usia, sebab selama manusia masih memiliki nyawa kita tidak akan pernah berhenti untuk belajar dan menuntut ilmu.
Sekian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Share This Post: