PACARAN BOLEH, ASAL...

“... sama-sama sayang...,” celetuk anak SD.
“... ada manfaatnya...,” komentar siswa SMP.
“... ga’ berlebihan...,” jawab pelajar SMA.
“... tidak backstreet...,”  jelas mahasiswa.
“... serius...,” pungkas jejaka.

Hm...

Emang sih, katanya pacaran itu sayang-sayangan. Tapi, sayang seperti apakah yang dikau maksud wahai adik kecilku sayang... Hayo..., lagu satu-satu aku sayang ibu masih ingat ga’? Kapan terakhir sayang-sayangan ma mama papa? Meluk sambil bilang “Dedek sayaaaaaang sama mama, bla...bla...bla…”.

Emang sih, katanya pacaran itu ada manfaatnya. Tapi, banyakan mana manfaat daripada mudharatnya sist...? Teman belajar adalah manfaat, tapi berdua-duaan gitu boleh ga’ ya...? Teman berbagi alias cerita-cerita atawa curhat-curhatan adalah manfaat, tapi berbunga-bunga plus dag-dig-dug gitu apalagi sampai melayang ke angkasa, aman ga’ ya? Kira-kira lebih paham mana tentang kita di antara mereka orang tua, sodara, guru atau seseorang yang lebih berpengalaman, daripada si doi yang jati dirinya juga entah masih nyangkut dimanaaa gitu? Hayo... Mo curhat apa cur-hat...?

Emang sih, katanya pacaran itu tidak boleh berlebihan. Tapi, standar apa yang dirimu pakai untuk mengukurnya, sob? Apakah “sekedar” pandang-pandangan itu tidak berlebihan? Apakah “sekedar” salaman, pegangan ato gandengan itu hal yang biasa? Apakah “sekedar” berduaan jalan, makan, belajar ato apalah namanya itu sah-sah saja? Atau, apalagi sekedar yang lebih dari itu yang tidak berlebihan dalam pacaran? Ciuman, pelukan, atau tek dung tralala alias ndut duluan sekalian??????

Emang sih, katanya pacaran itu ga’ boleh backstreet. Tapi, pernah terpikir ga’ sih  bahwa sebenarnya kalau orang tua kita ngijinin anaknya berduaan, bermesraan dan seterusnya, dan seterusnya, itu berarti beliau ga’ nyadar lagi menikmati dorongan bertubi-tubi ke nerakanya Allah. How poor, they are.. Teganya dikau wahai si buah hati…

Emang sih, katanya pacaran itu mesti serius. Tapi, serius macam apa kalau coba-coba gitu, bray? Bentar putus, nyambung lagi. Yang atu iya, atunya lagi oke. Di tahan, atau mungkin dicarter kale…. Lagian, adakah keseriusanmu itu menghormati orang yang sedang engkau kenali untuk dicintai? Jangan-jangan caramu itu hanya malah semakin merendahkannya, menghinakannya. Atau, jangan-jangan engkau jadikan kelinci percobaan untuk memuaskan tingkatan demi tingkatan nafsumu yang mulai menggebu???!!

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al Isra’ : 36)

Hm… Emang sih, katanya pacaran itu boleh-boleh saja, karena ia seolah menjadi solusi tepat untuk memenuhi kebutuhan cinta sepasang manusia, yang belum atau tidak terikat pernikahan. Cinta pun bukan sebuah kesalahan, karena kehadirannya adalah untuk ketentraman hati manusia. Tapi, ada satu pesan cinta nih dari almarhum ustad Jefri al Bukhori rahimahullaah, alias Uje, “Pacaran boleh, asal Allah tidak lihat”. Nah lo…

Yup, ustadz yang terkenal gaul itu tidak mengatakan pacaran itu haram, man. Beliau juga bukan golongan yang melarang pacaran. Tapi kalimat sederhana itu cukup cerdas bukan untuk kita mengerti???

Yo i, pacaran ntu sebenarnye kagak salah ape-ape. La wong dienye cuma istilah biase. Nyang salah ntu, ape-ape nyang ade dalam pacaran :

1.    Pandangan ampe ke perasaan
Dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 30 dan 31, dengan lembut Allah SWT merayu hamba-Nya, :
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. ….”

Berdasarkan ayat tersebut, jelas bahwa Allah nyuruh kita menahan pandangan, bukan malah seenaknya memelototi si doi yang mengagumkan ntu. Bahkan kalimat ajakan menahan pandangan diseiringkan dengan memelihara kemaluan. Hayo, kira-kira apa ya maknanya? Terus, ajakan untuk kaum laki-laki diiringi dengan manfaat dan peringatan. Sedangkan untuk kaum perempuan ditambahkan dengan larangan untuk memperlihatkan auratnya. Mari inap menungkan saudaraku.  

Tentang perasaan, keindahan, rindu-rinduan dan seterusnya, semua adalah fitrah cinta. Namun, kalau kita ukur berdasarkan tanda-tanda cinta, sudahkah lebih besar cinta kita kepada Dia yang telah menitipkan cinta itu di hati kita dibandingkan si dia yang senantiasa mengisi hati dan hari-hari kita? Seberapa dalam kerinduan kita pada-Nya? Adakah di setiap awal langkah kita menyebut dan mengingat-Nya? Berapa bagiankah waktu kita untuk beribadah pada-Nya dibandingkan bersama si doi? Sedangkan, di akhirat kelak, setiap kita akan dikumpulkan bersama yang kita cintai. Yakin, si dia seorang ahli surga???

2.    Berduaan atopun rame-ramean
Begitu banyak ajaran Rasulullah saw tentang ini, salah satunya :
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Nabi saw. berpidato: Janganlah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya. Tiba-tiba seorang lelaki bangkit berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku pergi untuk menunaikan ibadah haji, sedangkan aku terkena kewajiban mengikuti peperangan ini. Beliau bersabda: Berangkatlah untuk berhaji bersama istrimu!. (Shahih Muslim No.2391)

See, bahkan menemani haji sekalipun lebih penting daripada kewajiban berperang, man. Kalau sekarang malah seolah menjadi budaya meninggalkan seorang anak gadis dengan pacar atau teman yang bukan mahramnya. Hm…


3.    Sentuhan ampe ke-tiduran
Mari berkata jujur, guys. Betapa sekarang seolah biasa perempuan melahirkan hanya kurang dari 5 bulan setelah pernikahan. Bahkan pelajar SMP saja sudah biasa dengan yang namanya menggugurkan kandungan hasil zina. Mungkin satu diantaranya masih keluarga kita, atau mungkin anda sendiri. Betapa malangnya kita hidup di antara mereka, karena diamnya kita sebenarnya akan membawa kita pada peradilan yang sesungguhnya di akhirat kelak atas dosa mereka.

Saudaraku, kalau kita kaji lebih dalam tidak ada satupun ajaran Allah dan Rasul-Nya yang menjadikan pernikahan saat hamil menjadi solusi perzinaan. Bahkan sesungguhnya hal itu malah membuat mereka yang berzina hidup dalam perzinaan seumur hidupnya, karena pernikahan tersebut tidak sesuai hakikatnya. Dan, semua itu berawal dari yang namanya pacaran, yang kebanyakan kita melihat banyak kebaikan padanya.  

Lalu, kalau tidak pacaran bagaimana kita memilih istri atau suami yang terbaik? Senang je, kata Upin-Ipin… Jadilah pribadi baik, supernya Pak Mario. Ntar kalo dah siap untuk menikah, tinggal pilih orang-orang baik yang Allah perlihatkan pada kita. Kalau semua dilakukan karena mengharap cinta-Nya, insya Allah bahagia, gan… Kan Allah yang menciptakan kita, pastinya Dia yang paling tau apa yang terbaik untuk kita, tul? Karena Allah sayang pada kita, makanya setiap langkah kita diarahkan kepada kebaikan, agar kita bisa kembali ke kampung asal kita yaitu surga. Kalau kita tidak mematuhi aturan-Nya, berarti kita mengikuti ajakan syetan yang so pasti bakal narik kita ke neraka. So, pilih yang mana?

Siapapun anda, pelajar, mahapelajar alias mahasiswa, pemuda terpelajar, atau yang masih terus belajar, terutama yang terhormat para orang tua, saya hanya ingin berbagi cinta dengan anda. Cinta yang saya dapatkan dari ayat-ayat cinta Sang Pemilik Cinta yang sebenarnya. Cinta yang diajarkan oleh sang kekasih, yang sampai akhir hayatnya masih menyenandungkan kata-kata cintanya untuk kita. Cinta yang begitu menggetarkan, menumbuhkan semangat, dan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, insya Allah. Pacaran boleh, asal Allah tidak lihat. Mudah-mudahan pesan singkat ustad kita ini cukup cerdas untuk kita mengayun langkah menuju kebahagiaan sesungguhnya. Selamat belajar ^_^

Share This Post: