KONTRIBUSI EKONOMI MUSLIM KLASIK

Sejarah membuktikan bahwa para pemikir muslim merupakan penemu, peletak dasar, dan pengembang dalam berbagai bidang-bidang ilmu. Nama-nama pemikir muslim bertebaran di sana-sini menghiasi arena ilmu-ilmu pengetahuan. Baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Mulai dari filsafat, matematika, astronomi, ilmu optik, biologi, kedokteran, sejarah, sosiologi, psikologi, pedagogi, sampai termasuk juga ilmu ekonomi.

 

Para pemikir klasik muslim tidak terjebak untuk mengotak-ngotakkan berbagai macam ilmu tersebut seperti yang dilakukan para pemikir saat ini. Mereka melihat ilmu-ilmu  tersebut sebagai “ayat-ayat” Allah yang bertebaran di seluruh alam. Dalam pandangan mereka, ilmu-ilmu itu walaupun sepintas terlihat berbeda-beda dan bermacam-macam jenisnya, namun pada hakikatnya berasal dari sumber yang satu, yakni dari Yang Maha Mengetahui seluruh ilmu, Yang Maha Benar, Allah SWT.

 

Para pemikir muslim memang melakukan klasifikasi terhadap berbagai macam ilmu, tetapi yang dilakukan oleh mereka adalah pembeda, bukan pemisahan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila para pemikir klasik muslim menguasai bebagai macam bidang ilmu. Ibnu Sina (980-1037M), sebagai contoh, selain terkenal sebagai ahli kedokteran, juga ahli filsafat. Bahkan ia juga mendalami psikologi dan musik. Al-Ghazali (450H/1058M-505/111M), selain banyak membahas masalah-masalah fiqh (hukum), ilmu qalam (teologi), dan tasawuf, beliau juga banyak membahas masalah filsafat, pendidikan, psikologi, ekonomi, dan pemerintahan.

 

Sayangnya tradisi pemikiran seperti ini tidak berlanjut sampai sekarang karena mundurnya peradaban umat muslim hampir disegala bidang. Kemunduran sebagian disebabkan karena musuh dari luar, sebagian lagi disebabkan oleh sikap umat muslim sendiri. Umat muslim tenggelam lama dalam tidur nyeyaknya. Kegiatan berpikir berhenti sehingga umat muslim mengalami kemerosotan disegala bidang. Mulai dari bidang politik, ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, sosial, seni, dan kebudayaan. Lama-kelamaan peradaban muslim tidak terdengar gaungnya untuk jangka waktu yang lama.

 

Bahkan negeri-negeri muslim akhirnya menjadi sasaran empuk penjajahan bangsa-bangsa non-muslim. Banyak industri khas Islami yang terpinggirkan (untuk tidak menyebut hilang). Kedaulatan politik diambil alih oleh bangsa penjajah warisan Romawi. Institusi ekonomi Islam (baitul maal, al-hisbah, suftaja, hawala,funduk, dar al-Tiraz, Ma’una dan lain-lain) terpinggirkan. Dalam bidang seni dan budaya Barat.

 

 

 

Dalam bidang seni dan budaya, terjadi pengekoran yang membabi buta terhadap budaya Barat. Dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, terjadi sekularisme. Hasilnya, pada masa kini umat muslim  identik dengan kebodohan dan kemiskinan. (sungguh ironis mengingat ayat Al-Qur’an yang pertama turun adalah perintah “Iqra”; “Bacalah” dan mengingat salah satu doa nabi yang selalu beliau ulang-ulang: ”Ya Allah, aku berlidung  kepada-Mu kekufuran dan kefaqiran…”

 

Di tengah-tengah keadaan seperti ini terjadilah proses kehilangan fakta-fakta sejarah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Andil pemikir-pemikir muslim dalam ilmu-ilmu pengetahuan tertutupi sehingga bila kita membaca buku-buku sejarah ilmu pengetahuan, maka sebagian besar menyatakan bahwa sejak zaman filosof-filosof Yunani yang mahsyur (Socrates, Plato, Aritoteles, dan lain-lain) beberapa abad sebelum semua ilmu, tidak terkecuali ilmu ekonomi.

 

Josheph Schumpeter, misalnya dalam buku opus-nya menyatakan adanya great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal umat muslim, suatu hal yang berusaha ditutupi oleh Barat karena pemikiran ekonom muslim pada masa inilah banyak dicuri oleh para ekonom Barat. Para ekonom muslim sendiri mengakui, meraka banyak membaca dan dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Aritoteles (367-322SM) sebagai filsuf yang banyak menulis masalah ekonomi.

 

Namun mereka tetap menjadikan Al-Qur’an dan hadist sebagai rujukan utama dalam menulis teori-teori ekonomi Islami. Schumpeter menyebut dua kontribusi ekonom scolastik, yaitu penemuan kembali tulisan-tulisan Aritoteles dan towering achievement st.Thomas Aquinas (1255-1274). Schumpeter hanya menulis tiga baris dalam catatan kakinya nama Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dalam kaitan proses transmisi pemikiran Aritoteles  kepada St.Thomas. Pemikiran ekonomi St.Thomas sendiri banyak yang bertentangan dengan dogma-dogma gereja sehingga para sejarahwan menduga St.Thomas mencuri ide-ide itu dari para ekonom muslim.

 

Adapun proses pencurian terjadi dalam berbagai bentuk. Pada abad ke-11 dan ke-12, sejumlah pemikir Barat seperti Contantine the African, Adelard of Bath melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Mereka belajar Bahasa Arab dan melakukan studi serta membawa ilmu-ilmu baru ke Eropa. Contohnya, Leornado of Pisa belajar di Bougie, Aljazair pada abad ke-12. Ia juga belajar aritmetika dan matematika Al-Khwarizmi (780-850M) dan sekembalinya dari sana ia menulis buku Liber Abaci pada tahun 1202. Raymond Lyli (1223-1315) yang telah melakukan perjalanan ke negara-negara Arab mendirikan lima universitas yang mengajarkan Bahasa Arab sehingga banyak yang kemudian menerjemahkan karya-karya ekonom muslim.

 

 

 

Di antara penerjemah tersebut adalah adelard of Bath, Constantine the African, Michael Scot, Hermaan the German, Dominic Gundislavi, John of Seville, Olato of Trivoli William of Luna, Robert Chester, Gerard of Cremona,dan lain-lain. Sementara itu di antara para penerjemah Yahudi adalah Jacob of Anatolio, Jacob ben Macher Ibn Tibbon, Kalanymus ben kalonymus, Moses ben Solomon of Solon, Yakub ben Abbon Marie dan lain-lain. Adapun karya-karya ekonom muslim yang diterjemahkan adalah Al-Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, A- Ghazali, Ibnu Rusyd, Al-Khwarizmi, Ibnu Haytham. Ibnu Hazm, Jabir Ibnu Hayyam, Ibnu Bajja, Ar-Razi.

 

Beberapa pemikiran ekonom muslim yang dicuri tanpa pernah disebut sumber kutipannya antara lain:

 

1.   Teori Pareto Optimum diambil dari kitab Nahjul Balaghah Imam Ali.

 

2.   Bar Herbraeus, pendeta Syriac Jacobite Church, menyalin beberapa bab Ihya Ulumudin Al-Ghazali.

 

3.   Gresham-law dan Oresme Treatrise dari dari kitab Ibnu Taimiyah.

 

4.   Pendeta gereja Spanyol Ordo Dominican Raymond Martini mayalin banyak bab dari Tahafut Al-Falasifa, Maqasid Al-Falasifa, Al-Munqid, Misykat Al-Anwar, dan Ihya-nya Al-Ghazali.

 

5.   St.Thomas menyakin banyak bab dari Al-Farabi (St.Thomas yamg belajar di Ordo Dominican mempelajari ide-ide Al-Ghazalidari Bar Hebraeus dan Martini).

 

6.   Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith (1776 M), dengan bukunya The Wealth Of Nation diduga banyak mendapat inspirasi dari buku al-amwal-nya Abu Ubayd (838 M) yang dalam bahsa Inggrisnya adalah persis judul bukunya Smith The Wealth.

 

 

 

Dengan demikian, para pemikir-pemikir ekonomi muslim telah mengidentifikasi banyak konsep, variable, dan teori-teori ekonomi yang masih relevan hingga kini. Ibnu Al-Nadim (438/1047M) mencatat nama beberapa ulama dengan sejumlah karya ilmiah yang secara khusus membahas masalah ekonomi dan keuangan. Sebagian karya itu ada yang masih bertahan sampai sekarang, sebagian lagi sudah hilang. Yang hilang itu antara lain :

 

1.   Hafshawaih: ”Kitab Al-Kharaj.” Buku ini merupakan yang pertama dalam masalah ini.

 

2.   Al-Hasan Bin Ziyad Al-Lu’lu’I (204 H/819 M): “Al-Kharaj” dan Al-Nafaqat”.

 

3.   Al-Haetsam Bin Adi al-Kufi (114-207 H/732-831 M).

 

4.   Al-Ashma;I, Abu Abdul Malik (122-216 H/740-831 M): Kitab Al-Kharaj

 

5.   Ja’far Bin Mubasysyir (234 H/848 M).

 

6.   Abdul ‘Abbas al-ahwal (270 H-883 M).

 

Oleh sebab para pemikir Islami sebenarnya telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu ekonomi modern. Dengan demikian, teori ekonoomi Islam sebenarnya bukan ilmu baru.

 

 

 

(dari berbagai sumber)

Share This Post: