Press release di IDI Wilayah Sumatera Barat terkait Monkeypox

AGAM, KOMINFO - Press release Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Wilayah Sumatera Barat berdasarkan siaran pers PB IDI tanggal 02 Agustus 2022, terkait Pembentukan tim Satgas Monkeypox untuk antisipasi ancanaman kesehatan global. 

 

Monkeypox, atau cacar monyet, adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang ( zoonosis) dengan dua moda transmisi yakni transmisi hewan ke manusia dan transmisi manusia ke manusia.

 

Transmisi visus Monkeypox dari hewan kemanusia dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau gigitan. Selain itu, kontak dengan daging mentah atau daging setengah matang dari binatang liar juga disebutkan dapat menyebabkan penularan virus Monkeypox. Transmisi manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit pasien yang terinfeksi Monkeypox, kontak tidak langsung dengan media yang terkontaminasi virus Monkeypox. Laporan kasus menyebutkan adanya transmisi vertikal dan ibu hamil yang terinfeksi Monkeypox pada janin. 

 

Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark, ketika terdapat dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan ’Monkeypox’. Penyakit ini mengenai manusia pertama kali diidentifikasi pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo dan menyebar secara sporadis di daerah Afrika Tengah dan Afrika Barat. Wabah Monkeypox pernah dilaporkan pada negara non-endemis sebelumnya pada tahun 2003, dimana didapatkan kasus Monkeypox pertama di luar Afrika, yakni di Amerika Serikat. 

 

Pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia ( PB IDI) membentuk satuan tugas ( Satgas) Monkeypox guna merespon ancaman kesehatan global tersebut. 

 

Berikut adalah rekomendasi PB IDI dan Satgas Monkeypox untuk sejumlah pihak:

 

•Kepada Pemerintah 

1. Memperluas dan memperketat skrining pada pintu masuk pelabuhan, bandara dan Pos Lintas Batas Darat Negara ( PLBDN) dengan melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan melalui pengamatan suhu, demam, sebaiknya dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter yang bertugas dipelabuhan, bandara ataupun PBLDN tersebut. 

2. Meningkatkan kemampuan laboratorium jejaring dalam diagnostik molekuler spesimen pasien yang dicurigai menderita Monkeypox sesuai rekomendasi WHO. 

3. Meningkatkan edukasi kepada masyarakat terkait epidem, gejala, cara penularan dan cara dan langkah pencegahan pribadi dan Masyarakat. 

4. Meningkatkan kemampuan dalam identifikasi kontak erat pada pasien suspek dan probable Monkeypox 

5. Memberikan informasi terkini kepada masyarakat mengenai situasi Monkeypox secara berkala dan transparan untuk mencegah terjadinya kepanikan akibat kesimpangan berita. 

6. Menyediakan hotline yang bisa di akses masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan Monkeypox 

 

•Kepada tenaga kesehatan di seluruh Indonesia :

1. Segera laporkan ke Dinas kesehatan setempat apabila terdapat kasus sesuai dengan kriteria

suspek atau problem Monkeypox

2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klinis dalam pendekatan diagnosis serta tatalaksana Monkeypox untuk meningkatkan kewaspadaan pada pasien dengan gejala klinis sesuai dengan Monkeypox dan mencegah komplikasi.

3. Melakukan edukasi terhadap masyarakat mengenai tanda gejala, penularan, dan pencegahan infeksi Monkeypox.

4. Mendukung dilakuannya Contact tracing apabila ada kasus dengan konfirmasi Monkeypox untuk menrunkan risiko penyebaran infeksi Monkeypox.

5. Tenaga Kesehatan menggunakan alat pelidung diri (APD) lengkap ketika menangani pasien dengan kecurigaan Monkeypox, seperti menggunakan masker, serta membersihkan benda dan permukaan yang telah disentuh pasien.

 

•Kepada masyarakat di seluruh Indonesia:

1. Mengurangi risiko penularan dengan selalu melakukan perilaku hidup bersih dan Sehat ( PHBS) serta protokol kesehatan: menggunakan masker dan menjaga higienitas tangan

2. Hindari kontak langsung dengan hewan penular Monkeypox yang diduga terinfeksi Monkeypox yang primata non- manusia ( baik hewan mati atau hidup)

3. Biasakan mengonsumsi daging yangg sudah dimasak dengan benar 

4. Pelaku perjalanan yang baru kembali dari Wilayah terjangkit segera memeriksa dirinya jika mengalami gejala dan mengkonfirmasi riwayat perjalanan kepada tenaga kesehatan

5. Jika seseorang mengalami ruam, disertai demam atau gejala klinis mencurigai infeksi Monkeypox, segera hubungi fasilitas pelayanan kesehatan setempat

6. Jika seseorang mengalami gejala dan memenuhi kriteria suspek, probable, dan konfirmasi segera isolasi diri hingga gejala menghilagkan dan tidak melakukan kontak erat dengan orang lain selama periode infeksius. Selama periode ini, pasien bisa mendapatkan perawatan supportif untuk meringankan gejala Monkeypox.

7. Pada ibu hamil yang mengalami kontak dengan pasien Monkeypox dapat segera melakuan pemeriksaan di rumah sakit untuk mencegah penularan kepada janin.

8. Masyarakat dihimbau secara sukarela memberikan informasi yang jujur apabila mengalami gejala Monkeypox.