DAN .. BULAN PUN BERLALU

Bulan masih saja tersenyum memandang gulitanya malam, dedaun berkilauan seperti kelap kelip lampu kota, nun jauh disana berkilo kilo meter jarak yang memisahkan raga ini denganmu,,,

            Disini tanpamu begitu sunyi dan aku hanya bisa berbicara dengan angin serta bayanganmu, tak peduli siang ataukah seperti malam ini, di pelupuk mataku hanya ada kau,,,kadang bila rindu menyapa ku, hujan pun aku tetap berlari ke sebuah pondok kecil di pinggir ladang ayahmu, hanya untuk melihat goresan tanganmu di salah satu tiang dan bertuliskan Aditya-Rara

            Kau ingat tidak kau menulisnya sudah berapa tahun??,, selama itu pula kau tak pernah datang lagi kesini,bahkan kabarmu pun tak pernah ku dengar lagi,aku malu harus bertanya pada orang –orang, dulu kakek bercerita bila tabu seorang perawan menanya nanya kan laki laki yang bukan muhrimnya, tapi kau harus tahu aku ingin menjadi muhrimmu,,,tak bisakah kau kembali, atau kau telah lupa?

            “rara,,, raara,,,”

Aduwh ayah,, kenapa beliau bangun tengah malam begini “iya ayah,,” sahutku

            “kenapa masih belum tidur?,sudah larut, matikan lampu dan tidur” suara ayah membuat aku bergegas melakukan apa yang disuruhnya

            Dan lagi lagi aku bercengkrama dengan bayangmu, mataku ini sungguh tidak mau terpejam, kau kemana Aditya? Adikmu juga, Delia sahabatku ,Sudah sepuluh tahun berlalu, sekarang aku sudah berubah menjadi seorang wanita yang anggun,,,bukan Rara yang dekil lagi, bukan Rara yang ingusan dan malas mandi,,,seprti kau ledek waktu itu

            “ih,, kamu, bau, nggak mandi ya?”

            “enak aja,mandi tau?”

            “udah mandi, masih dekil gitu? Mandi kebo kali hahhahaha”

Tiba tiba ibumu datang, dan menggamitku

            “aditya sudah sudah,... jangan suka mentertawakan ,, kamu nggak takut gigimu keluar?” ibumu menakut nakutimu, dan kau malah meledekku dengan menjulurkan lidahmu di belakang ibumu

            “ayo rara, sini .. mandi, gantian  sama Delia, maafkan saja Aditya memang suka begitu” ujar ibumu sambil memberikan handuk merah kepadaku

            Ibumu yang lembut, aku merasakan sekali kasih sayang seorang ibu, yang dari kecil aku tak pernah merasakannya, ibuku telah pergi saat aku berusia satu tahun

            Kau tahu? Tinggal dengan ayah saja sangat asing terasa walaupun ayah sangat menyayangiku semua kebutuhanku tak pernah tak di penuhi ayah,ayah sangat telaten merawatku, setia mengantarkan aku kemanapun, bahkan masih ku lihat air mata ayah menetes, saat beliau harus melepaskan aku menuntut ilmu di Kota lain, sekarang aku kembali kesini, mengabdikan diri di kampung ini, dekat dengan ayah yang sudah mulai menua,,,,,

            “rara?... tidak sekolah hari ini?”

            “tidak ayah, hari ini ada kegiatan guru di Kota ,jadi siswa di liburkan”

            “mm,,,,,masih ada kopi?”

            “mau minum kopi ayah?,, nanti naik lagi asam lambungnya..”

            “tidak,, buatkanlah ayah kopi”

Ayah memang sudah jarang minum kopi,,tapi mungkin hari ini, ayah ingin ngobrol denganku

            “hhmmm,,,wangi sekali,,duduklah”

            “ayah pasti mau ngobrol kan?”

            “tahu aja kamu, Ra,,, satu minggu tujuh hari, dan hari liburmu itu hanya satu hari, ayah hanya berteman dengan si Mitu dan si Paris, dua burung kesayangan ayah,,,”

            “hhmm,, iya,,, tapi Mitu kan mendengar ayah ngomong toh?”

            “iya, tapi dia tidak memebri tanggapan,,,”ayah sedikit tergelak

            “memang ayah ngomong apa sama mereka?”

            “hhmm,, ayah menanyakan, apa jodohmu sudah mulai kelihatan?”

            “hahhhhaa,,,, ayah ,, ada ada saja,,,”aku tertawa sambil tersipu, ayah memang sangat luar biasa, selalu membicarakan hal dengan bercanda, tapi yaa,, tak seperti ada ibu, yang ngobrolnya bisa lebih leluasa, tapi aku bersyukur memiliki ayah seperti beliau

            “iya,,, ayah ingin sekali melihat kamu bahagia, rara,,, kalau rasanya sudah ada teman yang bisa kamu percaya, dan bisa menerima kamu untuk segala hal, kenalkan kepada ayah,,” kali ini sepertinya ayah mulai terang terangan, dan lansung ke pokok masalah

            Bukan tidak ada laki laki yang seperti ayah inginkan itu,semasa kuliah pun banyak teman laki laki yang memberi perhatian lebih, dan ingin pertemanan yang serius, tapi,,,, hanyalah seorang Aditya yang dapat mengisi setiap celah dalah relung jiwaku ini, entah itu cinta pertama atau cinta monyet atau entah aku juga tidak tahu

            “iya,, ayah,,, suatu waktu, akan rara kenalkan,,” sahutku sambil tertunduk

 

 

            Sudah satu minggu ayah sakit, sepertinya asam lambung ayah kumat lagi, dan,, di diikuti penyakit penyakit lain,..sepertinya ayah harus di bawa ke rmah sakit di kota, dan kalau sudah begini tersa sekali kalau aku sendiri, tak ada saudara... kalau keluarga yang lain ya banyak, tapi mereka juga punya kesibukan masing masing dan tidak bisa sepenuhnya di harapkan, kasihan juga mereka,,,,

            “ayah,,, besok pagi kita ke rumah sakit ya...”

            “nggak usah rara,, ayah nggak apa apa”

            “ayah badannya panas, dan sulit makan, nanti ayah lemas,,, “

            Ayah selalu memikikan aku dan begitu juga dengan pekerjaan- pekerjaanku sebagai seorang guru honorer, dan kegiatan masyarakat lain,,, tapi bagiku kesehatannya lebih penting dari segalanya

            “Selamat pagi,,,hhm,, silahkan duduk”dokter itu mempersilahkan dengan amat ramahnya sambil menyalamiku dan ayah

            “sudah berapa lama kondisinya bu?”

            “sudah satu minggu dokter,,”

            “bisa bapak baringan?... biar diperiksa,,”

            Dengan sigap dokter itu membantu ayah naik ke tempat periksa, dan melakukan segala pemeriksaan dan sedikit ngobrol dengan ayah

            “maaf bapak,,,, Imran,.. bapak dari Desa Bukit Putih ya,,, “

            “iya dokter,,,,”sela ku  sambil melihat papan namanya Dr. ADITYA CHESARA

dEg!!!.... dadaku lansung berdegup kencang, perlahan ku teliti semua wajahnya, iya,,, dia,, ada tahi lalat di bawah matanya, ..tapi rasanya waktu sepuluh tahun tidak akan membuat orang cepat lupa segalanya...

Aku menunduk tatkala dokter itu menatap lebih pasti ke arahku,,,

            “saya dulu juga tinggal di Bukit Putih Pak,,, “ tiba tiba saja dokter itu membuka pembicaraan dengan ayah,ku lihat dia tersenyum, aku tahu dan aku merasakan dialah orang yang aku cari selama ini, aku tunggu kehadirannya, bahkan disetiap detik,dan yang aku masih ingat segalanya

            “adit nanti kalau sudah besar mau jadi apa?”

            “emang kenapa?,, aku kalau sudah besar, ngak mau kenal sama orang dekil kayak kamu”

            “yaaa, orang nanya baik baik,,,,, “

            “hhmm,,, cemberut, udah dekil, jelek lagi.....”

            Hanya saja satu minggu sebelum dia pindah ke Jakarta,,,,

            “rara,.. aku besok nggak disini lagi”

            “emang mau kemana?..”

            “mau pindah ke kota, ngapain disini, banyak kapur, bikin sesak napas”

            “hhmm,,,,Delia gimana? “

            “kami pindah semua, adikku juga, yang tinggal itu kamu, mamaku mau jadi perawat di Rumah sakit Singapura, jadi aku tinggal dirumah tante di Jakarta”ujarnya

Kau bukan orang yang suka basa basi Adit, aku sangat mengenalmu,,, tapi sekarang?? Mungkin memang waktu bisa mengubah segalanya, termasuk kau,, dan mungkinkah saat ini ada orang lain yang mengisi hatimu?

            “rara,,,, temani aku ke gubuk “

            “nggak ah, malas, udah sore...”

            “iya, emang kenapa kalau udah sore”

            “takut, nanti di marahi ayah,,”

            “ayahmu nggak bakal marahi aku, nanti kalau dia marah, aku kan sudah pergi”

            “kamu kenapa sih, maksa amat,,, baik baik kek ngomongya”

            “udah ah, kamu banyak ngomong, dasar anak dekil,,”

            ‘nggak usah pergi sama orang dekil, dan bau seperti ku,,”

            “udah cepat aja, ntar keburu magrib” sedikit memaksa, diraihnya tanganku, dan di bawa ketempat biasa aku, Adit dan delia, menangkap kupu-kupu, dangau itu,... lalu tangannya megambil sebuah ranting dan mengukir namanya disana dan juga namaku...

            Aku melangkah keluar, dan membiarkan ayah berbicara dengannya, aku tak sanggup menahan airmataku, rindu, dan kesal bercampur menadi satu, mungkin harapanku berkahir segalanya disini,

            Kau seorang dokter tampan, banyak wanita yang menginginkanmu dan itu pasti, sedangkan aku?,, hanya seorang guru honorer, gaji tidak seberapa, tinggal dikampung ,,, dan aku tidak modern, ,,, satu persatu air mataku menetes membasahi jilbab kuning yang ku pakai,,, aku minder, ,,, dari kecil sampai sekarang,,, aku hanya seorang perempuan dekil, dan tak punya ibu,... aku tidak percaya diri, mungkin aku perempuan jelek,,,di matanya

 

            “rara,,,,,,,,,” sebuah suara mengagetkanku yang tengah bertemankan air mata, di sudut rumah sakit ini, hanya kepiluan yang ku rasakan,,,tapi tiba tiba sebuah sentuhan mendarat di bahuku, amat halus,,, aku menoleh,,

            “pppaaakk,,ddoook.....”aku tidak kuasa , air mataku merinai dengan derasnya,dan bibirku ini terasa amat kelu dan tak sanggup untuk bicara...

            “Aditya, Dokter Aditya,,,,,”katanya, senyummu, matamu, gaya sombongmu,, kau pengacau Adit teriakku dalam hati

            “iya,,, pak Dokter,,, Dokter Aditya Chesa,,,”

            “ra.... Chesa Ra... ,maaf anda,, menangisi apa?.. orangtuamu sehat, sudah ku beri obat,,ibu Rara”

            “iya,,, terimakasih ,, sudah memberikan obat untuk ayahku, hanya dia yang aku punya...”

            “iya,.. jagalah ayahmu,,,, sebaik baiknya, dia juga takut kehilanganmu, tapi ayahmu punya harapan besar buatmu, agar kau sukses dan bahagia,,”

            “iya,, terimakasih, aku sangat bahagia,,,”


            “oh,, ya?... aku bersyukur,,,tapi sebenarnya, ku lihat tidak seperti yang kau ucapkan,,,”

            “maaf,,, apa urusan anda dalam hidupku?.. apa kebahagiaanku, ada urusannya dengan anda dokter?”

            “Ku rasa ada.... karena.. yang pantas membahagiakanmu itu adalah aku..aku yang selama ini telah mencarimu kemana- mana, dan,,, ternyata kau disini,,.”

            “haaah??... apa?... aku dengar lagi....”

Tiba tiba dia meraihku berdiri dan mataku yang merah berada tepat di depan matanya,,,

            “kalau sudah tidak dekil begini, aku ingin menikah denganmu.......bu guru”

Dan sekarang matahari pun menerangiku jiwaku,. Disana ayahku pun tersenyum gembira seakan lupa akan sakitnya,,,

Share This Post: