Ayah Bikin Panik

Kring...kring.. terdengar suara sepeda loper Koran pagi ini, Ayah paling suka baca Koran sambil minum kopi di taman belang rumah. Bibi sudah hafal banget jamnya Ayah tiap pagi, dan tidak lupa susu putih kesukaanku. Kalau sudah akhir pekan kayak gini, aku selalu malas untuk mandi pagi tapi ... beda cerita kalau Ayah mau ngajakin aku pergi makan siang keluar. Yah... maklum dihari kerja Ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya dan aku sebagai anak tunggal harus memahami itu. Tapi ada yang aneh pagi ini dengan gelagat Ayah, biasanya tak pernah sehening ini rumah dan Ayah lebih banyak diam. Karena masih setengah mengantuk aku kembali ke kamar dan mencuci muka, kembalinya dari kamar aku tak melihat Ayah lagi disana. Aku memanggil Bibi ke belakang, biasanya jam segini sedang menyiapkan sarapan dan sibuk dengan aktifitas dapur. Pagi itu aku juga merasakan kejanggalan yang lainnya, Bibi tidak ada di dapur dan di kamar.

Kembali aku ke taman dan mengambil segelas susu putih andalan dan membawanya ke kamar, aku rapikan tempat tidur yang masih berantakan. Aku bawa mandi, dan memilih baju sambil terpaku di depan lemari. Berhubung akhir pekan aku mau ngajak Ayah pergi ke toko buku, karena buku dari penulis andalanku sudah beredar di toko buku perdana hari ini dengan judul barunya. Tak sabar rasanya, aku buru-buru dandan dengan alakadarnya. Taklama beberes untuk berangkat, aku langsung menggedor pintu kamar Ayah.

Ayah...Ayah...

Hari ini kita ke toko buku ya Yah, Tissa mau ditemenin sama Ayah... tetapi Ayah sedikit lama menyahuti ajakanku.

Baik Yah...

Tissa tunggu dimeja makan ya Yah..??

Tanpa mendengar sahuan Ayah terlebih dahulu, aku langsung menuju meja makan...

Sepi...  tak satupun hidangan sarapan pagi ini.

Cukup lama aku duduk diam di meja makan, dan Ayah baru keluar kamar setelah 15 menit kemudian menemuiku di meja makan.

Yah.. Bibi mana Yah..?? tanyaku.

Bibi pamit pulang kampung tadi pagi... ujar Ayah.

Pantesan Ayah dari pagi sangat lesu dan belum bertukar pakaian untuk menemaniku ke toko buku. Ayah menarik kursi kebelakang mendekat duduk disebelahku.

Ayah mau ngomong sama Tissa...

Tadi Bibi pamit mau pulang kampung karena kesehatan suaminya sudah sangat menurun satu minggu belakangan ini, Bibi tidak sempat pamit karena kamu masih tertidur pulas.  Jadi tadi Bibi berangkat sangat pagi agar lebih cepat sampai loket bembelian tikut Bus untuk pulang kampung.

Jadi... itu yang bikin lesu??

Ayah mengangguk...

Karena sejak kepergian Ibu hanya Bibi satu-satunya asisten rumah tangga yang masih bertahan lama bekerja dirumah. Bibi sangat penyambar dengan sikapku yang suka berantakan dan kalau mau makan suka minta ini dan itu. Aku dan Ayah sangat suka masakan Bibi,  masakan yang Ibu masak dulu belajar banyak belajar dari Bibi, jadi meskipun rasanya hampir sama tetapi masakan Ibu selalu ada dihati kami, buktinya saja sejak 5  tahun kepergian Ibu, Ayah nggak pernah menggantikan posisi Ibu didalam rumahku. Walaupun Oma selalu menginginkan agar Ayah menikah lagi, tapi nggak pernah mau.   

Terkadang aku hanya bisa pura-pura terlihat baik-baik saja, kalau Oma datang kerumah selalu saja membujuk Ayah agar menikah lagi. Kalau mereka sudah membahas hal itu dimeja makan, aku hanya memilih diam dan segera menyudahi makanku. Karena Oma selalu saja menanyakan persetujuanku agar Ayah diizinkan ke bali menikah. Tetapi, kedatangan Oma kali ini berbeda, kalau sebelumnya Oma hanya menginap paling lama satu minggu, tetapi sejak kepergian Bibi... Ayah meminta Oma untuk menemaniku di rumah.  Dan selama satu bulan kedepan Ayah ditugaskan oleh kantor untuk mengawasi pembangunan gedung kantor cabang di Kota lain.  

Ternyata bukan hanya kepulangan Bibi ke kampung saja yang bikin Ayah jadi tidak bersemangat, tetapi tugas yang telah diberikan oleh atasannya membuat Ayah harus meninggalkanku sendiri. Karena tidak memungkinkan untuk aku tinggal sendiri selama 1 bulan, jadi Ayah meminta agar Oma menemaniku dirumah selama tugas diluar Kota.  Awalnya, aku sedikit kesal dengan keputusan itu, padahal Ayah tau kalau aku nggak betah sama Oma lama-lama. Mana ada anak yang suka kalau posisi Ibunya akan digantikan oleh wanita lain...?? Ayah tahu bahwa keputusan meminta Oma menemaniku dirumah adalah hal  tidak aku sukai, tetapi Ayah nggak tahu harus minta tolong kesiapa. Karena aku tidak cukup mandiri untuk ditinggal dirumah sendirian, dan selama ini aku banyak mengandalkan Bibi saja.  Dengan sudah mempertimbangan segala hal Ayah ingin agar aku bisa memahami keputusannya. Dua  hari sebelum keberangkatan Oma sudah datang, Ayah mengajak aku dan Oma untuk makan diluar sebelum besoknya akan berangkat.

Pagi-pagi sekali sudah terdengar suara Oma yang ribut yang ngeceki barang yang mau dibawa sama Ayah, padahal cuma bawa satu coper sama ransel yang diisi laptop. Tapi... namanya juga Oma, apa-apa aja diributin inilah...itulah... yang takut ketinggalan. Dengan masih setengah sadar, aku buka pintu kamar dan berjalan menuju kamar Ayah. Terlihat Ayah jadi tambah panik dengan sikap Oma yang suka ribut sendiri, dan akan aku coba menghentikanya. Kembali aku melangkah mundur dan masuk kedalam kamar. Kalau sudahdalam keadaan terjepit kayak gini, saat nya mengeluarkan keahlian aktingku, Oma...!! teriakku.

Iya.. . seperti perkiraanku buru-buru Oma masuk ke kamar, dengan penuh keyakinan aku pura-pura kaget deh. Oma gelagapan ngeliat aku yang udah kayak orang bingung, yang masih setengah sadar bangun tidur.

Tissa kenapa?? Ujar oma...

Nggak Oma barusan aku mimpi jatuh ke kolam.

Langsung aku peluk Oma, biar nggak keburu kabur lagi kekamar Ayah. Nah, berarti Ayah baca signal dari aku... buktinya nggak nyamperin aku ke kamar, pada hal aku teriaknya udah kayak ngeliat setan gitu. Tidak terlalu lama berselang Ayah memanggilku, nggak kebayang bakal ditinggal Ayah selama satu bulan untuk tugas di luar Kota. Ayah memelukku erat, karena untuk pertama kalinya harus berpisah cukup lama denganku.

 Baru hari pertama Ayah pergi bertugas, rumah sudah sangat terasa sepi. Saat waktu sudah memasuki subuh Oma tidak lupa membangunkanku untuk menunaikan sholat subuh. Berhubung hari ini akhir pekan, Oma mengajakku belanja bahan masakan ke pasar pagi yang tidak jauh dari rumah. Sebenarnya aku masih ngantuk... tapi nggak mungkin aku biarin Oma belanja bahan masakan sendiri. Sepanjang perjalanan Oma cerita mau masak ini dan itu, tidak lupa mau masakin makanan kesukaanku yaitu capcay seafood.

Sesampainya dipasar Oma sangat antusias melihat sayur mayur dan ikan-ikan yang masih sangat segar, aku jadi ikutan semangat buat bantuin Oma masak. Sesampainya di rumah, aku dan Oma langsung membongkar semua belanjaan. Nah... aku kebagian tugas untuk membersihkan ikan  dan memotong sayuran sedangkan Oma menyiapkan bumbunya. Selama memasak Oma banyak cerita bagaimana untuk menjadi seorang anak perempuan yang baik dalam keluarga. Meskipun telah memiliki fasilitas yang lengkap tentu seorang perempuan  harus dapat memasak untuk keluarganya sendiri. Karena sesibuk apapun seorang perempuan dia telah memiliki tugas untuk mengurus rumah tangganya sendiri, meski mengambil alih sebagian kecil sekalipun. Aku tak menyangka akan merasa senyaman ini dengan Oma...  hanya karena selama ini Oma selalu meminta Ayah untuk kembali memiliki istri.

Setiap pagi Oma selalu penuh perhatian menghidangkan sarapan untukku sebelum kekampus, karena akan ujian akhir dan tugas yang sangat menumpuk aku jadi betah berlama-lama dikamar. Sesekali Oma tertidur dikamar sembaari menemaniku, biar nggak sepi... ujar Oma. Malam itu aku menerima telfon dari Ayah, Yey... siapa sangka karena Ayah lebih awal menyelesaikan tugasnya jadi tidak cukup satu bulan sudah dapat pulang besok...!! Aku menengok kebelakang tepat ditempat tidurku Oma suddah tertidur pulas, aku selimuti Oma dan ku kecup keningnya. Betapa bahagianya, waktu sepi tanpa Ayah ditemani Oma yang selama ini aku jauhi begitu penyayang dibalik sosoknya yang cerewet, Hihihi.... (aku hanya berujar didalam hati).

Ayah bilang tidak perlu jemput kebandara, jadi aku dan Oma pagi-pagi sekali udah belanja ke pasar pagi, kali ini kita bakalan masak makanan kesukaan Ayah. Oma tak kalah antusias menyambut kepulang Ayah hari ini. Setelah semua hidangan kesukaan Ayah tersedia di meja makan, tak terasa sudah menunjukkan pukul 14:00.  Seharusnya Ayah sudah sudah sampai di rumah sekitar satu jam yang lalu. Saat dihubungi, Ayah tidak mengangkat telfonnya, aku dan Oma mulai khawatir karena belum juga mendapat kabar.  Tiba-tiba saja telfon rumah berdering...aku langsung berlari menuju ruang tengah dan mengangkat telfon.

Setelah dilihat ternyata bukan Ayah yang menghubungiku, karena terdengar suara seorang wanita... aku menjawab salamnya, wanita itu terdengar sangat tegas saat berbicara.

Apa betul ini kediaman bapak Sudarmo...?  (ujarnya),

iya betul ini dengan siapa??

Mohon maaf buk, kami menemukan tas dan hanphone ini didalam angkutan umum yang telah terjadi kecelakaan disekitar bandara.

Gemeter tanganku saat mendengar penjelasan dari wanita tersebut yang ternyata seorang  Polwan... setelah mendengar penjelasannya aku berlari kedapur dan langsung memeluk Oma.

Kamu kenapa...? siapa yang telfon?? Ujar Oma

Oma sekarang kita harus langsung kerumah sakit, kita harus lihat kondisi Ayah... langsung aku ambil kunci mobil dan tanpa kontrol aku membawa kendaraan. Oma berusaha menenangkanku, tapi tetap saja aku tidak bisa tenang dengan kabar yang baru saja aku dengar...!! Sesampainya di Rumah Sakit aku segera ke ruang ICU untuk mencari Ayah, dari kejauhan aku melihat seorang Polwan yang berdiri tepat disebelah ranjang yang sedikit tertutup dengan tirai, sehingga aku tidak dapat melihat wajah Ayah. Sepertinya dia langsung mengenali bahwasanya aku yang menerima telfon darinya. Segera dia menghampiri dan langsung membawaku keluar ruangan.

Aku mau ketemu Ayah...!! kenapa Ibuk menahan saya...!!

Wanita itu memelukku, kamu yang sabar ya dek.

Kondisi Ayahmu saat sangat buruk, lebih baik kamu tenangkan dirimu terlebih dahulu sebelum bertemu beliau (ujar wanita tersebut)

Saat itu handphoneku berdering, ternyata nomor yang tidak dikenal yang menghubungiku. Panggilan pertama aku abaikan, tetapi nomor tersebut kembali menghubungiku... aku coba mengangkatnya dan laki-laki tersebut mengucapkan  salam. Aku lama terdiam...Tissa ini Ayah, kenapa kamu diam saja...?? ujarnya.

Sudah tak tahan aku membendung air mata, aku peluk Oma yang sudah dari sepanjang jalan tak henti-henti menangisi Ayah.  Oma... sekarang Ayah sudah dirumah, Ayah nyariin kita kemana-mana. Oma kaget mendengar apa yang baru saja aku sampaikan, dan Polwan itupun bingung. Ternyata dibandara Ayah kehilangan tas yang berisi dompet, handphone dan data pribadi lainnya. Ternyata orang yang sudah mengambil tas Ayah mengalami kecelakaan parah sehingga wajahnyapun tidak dapat dikenali. Oma kembali memelukku erat, dan kamipun meninggalkan Rumah Sakit menuju kembali kerumah.

Sesampainya dirumah aku dan Oma teriak-teriak manggilin Ayah...aku jadi binggung mau bahagia apa marah sama Ayah, dan yang ada Ayah udah nyuri start duluan makan siangnya. Oma malah ketawa liat Ayah yang nggak tau apa-apa liat kita berdua udah kusut nggak beraturan, belum lagi kostum aku dan Oma yang nabrak. Aku yang cuma pake piyama pakai kerudung punya Oma dengan hills dan Oma dengan warna kostum yang serba nabrak warna. Dengan ekspresi Ayah yang kebingungan kami langsung memeluk Ayah... iya rasa syukur yang teramat dalam karena Ayag baik-baik saja.  

 

Jika hidupmu berhenti mengenal dan hanya memikirkan apa yang kamu inginkan, semuanya akan berhenti disana. Biarkan semunya mengalir hingga waktu menemukan jawabannya.

Share This Post: